CONTOH MAKALAH PENDIDIKAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN MASA DEPAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan
merupakan sektor sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Kegagalan
pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan
pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Pada
dunia pendidikan, hendaknya memperhatikan unsur pendidikan, yang
diantaranya: peserta didik, pendidik, software, manajemen, sarana dan prasarana dan stake holder.
Aset yang diperlukan dalam pendidikan adalah sumber daya manusia yang
bekualitas. Sumber daya yang berkualitas dapat berupa dari siswa,
masyarakat, maupun dari pendidik.
Pelaksanaan
suatu pendidikan mempunyai fungsi, antara lain: inisiasi, inovasi, dan
konservasi. Inisiasi merupakan fungsi pendidikan untuk memulai suatu
perubahan. Inovasi merupakan wahana untuk mencapai perubahan. Konservasi
berfungsi untuk menjaga nilai-nilai dasar.
Oleh
sebab itu, untuk memperbaiki kehidupan suatu bangsa, harus dimulai
penataan dari segala aspek dalam pendidikan. Salah satu aspek yang
dimaksud adalah manajemen pendidikan.
Tujuan
dari pendidikan yang diharapkan adalah menciptakan out come pendidikan
yang berkualitas sesuai dengan harapan dari berbagai pihak. Dalam hal
ini, manajemen pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting.
Manajemen yang bagus (good management) dalam dunia pendidikan di
Indonesia sangat diharapkan oleh seluruh warga Indonesia. Manajemen
pendidikan yang bagus dapat diciptakan dan dapat dilaksanakan oleh
manajer pendidikan yang berkualitas. Manajer dalam dunia pendidikan
salah satunya adalah guru. Tugas guru selain mengajar, juga menjadi
seorang manajer pendidikan. Seorang guru harus dapat merencanakan
manajemen yang baik. Manajer pendidikan yang bagus adalah seseorang yang
mau merencanakan manajemen pendidikan dimasa yang akan datang.
Kenyataan
yang ada sekarang adalah masih buruknya manajemen pendidikan yang ada.
Buruknya manajemen pendidikan disebabkan oleh berbagai faktor. Para
manajer pendidikan tidak mau merencanakan manajemen dimasa yang akan
datang. Para manajer pendidikan hanya masih berorientasi pada acuan
manajemen lama. Masih jarang sekali yang ingin merencanakan sesuatu yang
baru. Hal ini dikarenakan para manajer pendidikan tidak mau mengambil
resiko pada dirinya dan pada pendidikan. Dengan adanya pandangan yang
selalu kebelakang maka manajemen tidak akan maju, tapi malah mengalami
kemunduran. Fakta menunjukan bahwa dulu Negara Malaysia banyak yang
belajar di Indonesia, tapi sekarang kenyataannya pendidikan di Indonesia
sudah tertinggal dari Negara Malaysia. Salah satu faktor utamanya
adalah manajemen yang kurang siap menghadapi masa depan. Pada kesempatan
ini, penulis akan memaparkan suatu manajemen pendidikan dimasa depan,
guna mendapatkan hasil pendidikan yang diharapkan.
B. Perumusan Masalah
1. Apa yang harus direncanakan untuk menyusun manajemen pendidikan dimasa depan?
2. Mengapa manajemen pendidikan disusun?
3. Siapa yang menjadi pemimpin masa depan?
4. Kapan manajemen pendidikan dilaksanakan?
5. Dimana manajemen pendidikan dimasa depan dilaksanakan?
6. Bagaimana cara menyusun manajemen dimasa depan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Pendidikan Dimasa Depan
Manajemen
pendidikan merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus)
penyelenggaraan pendidikan yang dimulai dari perencanaan, diikuti oleh
pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian
tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya (Suryosubroto, 2004: 27).
Selain itu manajemen pendidikan juga didefinisikan sebagai suatu
kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha
kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan,
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
efektif dan efisien (Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana, 2008: 14).
Dari dua pandangan tentang manajemen pendidikan, dapat disimpulkan bahwa
manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan
yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan
efisien.
Masa
depan merupakan zaman yang akan datang atau belum terjadi
(Poerwadarminta, 1984: 634). Masa depan pendidikan perlu diperhatikan
oleh para pendidik. Dimasa yang akan datang, telah terpampang cita-cita
dan harapan dari suatu pendidikan. Cita-cita dan harapan pendidikan
dapat terwujud jika sudah ada gambaran yang ada dimasa yang akan datang.
Dari
pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen
pendidikan dimasa depan merupakan manajemen pendidikan yang dirancang
atau disusun untuk menghadapi tantangan masa depan. Manajemen pendidikan
mempunyai fungsi yang harus dipahami oleh para manajer pendidikan masa
depan. Fungsi tersebut antara lain: perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengkoordinasian. Perencanaan pendidikan merupakan suatu
proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan
pendidikan dimasa depan yang diarahkan kepada tercapainya tujuan-tujuan
dengan sarana yang optimal. Pengorganisasian pendidikan merupakan usaha
bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan sebelumnya, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang
ada agar dicapai hasil yang efektif dan efisien. Pengarahan pendidikan
merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan pendidikan untuk
memberikan penjelasan pendidikan, serta bimbingan kepada para
orang-orang yang ada dibawahnya sebelum dan selama melaksanakan tugas.
Pengkoordinasian dalam pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan
pimpinan untuk mengatur, menyatukan, menserasikan, mengintegrasikan
semua kegiatan yang dilakukan bawahannya dalam dunia pendidikan.
Yang
harus direncanakan pada penyusunan manajemen pendidikan adalah hasil
yang ingin dicapai dari pendidikan dan bagaimana kegiatan pendidikan
tersebut dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya halangan suatu
apapun.
B. Alasan Penyusunan Manajemen Pendidikan Masa depan
Manajemen
pendidikan disusun untuk menghadapi tantangan pendidikan dimasa depan.
Dalam hal ini manager pendidikan atau gurulah yang mendapatkan tantangan
tersebut. Tantangan guru dimasa depan bangsa, antara lain untuk
menghadapi: era globalisasi, era informasi, era IPTEK, dan era perubahan
cepat.
Guru
sebagai manajer pendidikan harus selalu siap menghadapi tantangan
tersebut. Salah satunya adalah dengan menyusun serta merencanakan
manajemen dimasa depan. Hal ini perlu dilakukan guna meningkatkan mutu
pendidikan yang ada.
C. Pemimpin Masa Depan
Pemimpin
masa depan adalah pemimpin yang siap menghadapi tantangan pendidikan
dimasa depan. Yang menjadi pemimpin masa depan adalah diri kita sendiri.
Kita harus siap menjadi seorang pemimpin dimasa depan.
Setiap
orang berkompetensi untuk menjadi seorang pemimpin. Untuk menjadi
seorang pemimpin harus mempunyai bekal yang banyak. Bekal tersebut
berupa cara membuat manajemen yang bagus, mempunyai jiwa kepemimpinan,
wawasan yang luas, serta mempunyai hubungan sosial yang baik.
D. Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Masa depan
Pelaksanaan
manajemen pendidikan harus dimulai dari sekarang. Istilah penundaan
pelaksanaan haruslah dihilangkan. Kita sebagai calon pemimpin masa depan
harus melaksanakan manajemen pendidikan dimasa depan dari sedini
mungkin.
E. Tempat Pelaksanaan Manajemen Pendidikan
Tempat
pelaksanaan manajemen pendidikan dimasa depan adalah ditempat yang kita
pijak saat ini. Kita bekerja di instansi pendidikan yaitu di sekolah
dasar. Kita harus melaksanakan pendidikan tersebut dimana kita mengajar.
F. Cara Menyusun Manajemen Pendidikan Dimasa Depan
Penyusunan
manajemen pendidikan di masa depan harus memperhatikan: 1) intake, 2)
proses, 3) instrumental input, 4) environmental input, 5) out put, 6)
out come. Intake dalam hal ini adalah siswa atau peserta didik. Intake
dapat dilihat sejak adanya kegiatan penerimaan murid baru. Pengadaan
murid baru dilaksanakan dengan seleksi murid. Seleksi murid tidak
berdasarkan martabat serta status ekonomi siswa, tetapi berdasarkan
criteria umur. Dalam hal ini, juga harus menetapkan kapasitas atau
jumlah calon yang diterima. Pengumuman hasil seleksi dibuat sedemikian
rupa sehingga bisa diketahui oleh masyarakat luas.
Karakteristik
dari intake harus diperhatikan. Intake yang ada diselidiki keadaannya,
baik dari segi ekonomi keluarga, rata-rata pendidikan di keluarga, gaya
hidup keuarga, serta persepsi keluarga terhadap pendidikan. Hal ini
perlu dilaksanakan agar supaya intake dapat diproses dengan mudah.
Suatu
proses pendidikan dipengaruhi oleh dua factor, yaitu factor
instrumental input dan factor environmental input. Factor instrumental
input mencakup beberapa unsur penting, diantaranya adalah peserta didik,
pendidik, kurikulum, manajemen, sarana dan prasarana, serta stake
holder atau komponen pendukung. Unsur peserta didik harus disusun
manajemennya dengan sebaik mungkin. Peserta didik dimanage sesuai dengan
taksonemi perkembangan anak, yang mencakup: ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Kurikulum
merupakan suatu program pendidikan. Didalam kurikulum terdapat
organisasi kurikulum. Organisasi kurikuum merupakan pola atau bentuk
penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan pada murid-muridnya.
Kurikulum di Indonesia sebenarnya sudah bagus, baik segi materi, serta
tujuan yang ingin dicapai. Hanya saja pelaksana dari kurikulum yang
masih belum bisa menanggapinya dengan baik. Sebagai calon pemimpinan
masa depan, sebaiknya kita dapat melaksanakan kurikulum yang ada dengan
bagus dan syukur dengan menambahkan apa yang masih kurang pada
kurikulum, dan membuang unsur yang sia-sia atau muspro.
Pendidik
merupakan faktor penentu berhasil atau tidaknya suatu proses
pendidikan. Memanage pendidik bukanlah hal yang mudah. Hal ini
diakibatkan setiap pribadi mempunyai perbedaan. Memanage pendidikan
dimulai dari diri sendiri. Hal-hal yang belum dilaksanakan dalam
pendidikan adalah meningkatkan kualitas pendidik dengan membuang hal-hal
yang masih dianggap sia-sia.
Sarana
dan prasarana serta komponen pendukung harus diperhatikan dengan jeli.
Sarana dan prasarana yang belum ada dilengkapi dengan meminta bantan
baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat sekitar.
Faktor
environmental input pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi
proses pendidikan. Faktor environmental merupakan faktor yang berasal
dari luar. Faktor itu berupa lingkungan rumah siswa maupun lingkungan
sekolah siswa.
Proses
pendidikan yang dipengaruhi oleh instrumental input dan environmental
input yang bagus akan mempengaruhi output dari pendidikan. Dari output
tersebut akan mempengaruhi outcome. Sebagai seorang manajer pendidikan
dimasa depan kita harus memperhatikan hal-hal tersebut.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Manajeme
pendidikan merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang
merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.
2. Manajemen pendidikan disusun agar pendidikan yang ada dapat bersaing dengan tantangan pendidikan masa depan.
3. Pemimpin masa depan adalah diri kita sendiri.
4. Pelaksanaan manajemen pendidikan dimulai dari sekarang.
5. Manajemen pendidikan dilaksanakan di tempat kita mengajar
6. Cara
menyusun manajemen pendidikan harus memperhatikan: 1) intake, 2)
proses, 3) instrumental input, 4) environmental input, 5) out put, 6)
out come.
B. Saran
1. Para pendidik sebaiknya menyiapkan manajemen dimasa depan agar dapat bersaing dengan tantangan pendidikan masa depan.
2. Pelaksanaan manajemen sebaiknya praktis dan efisien.
3. Pelaksanaan manajemen yang sia-sia sebaiknya ditinggalkan saja.
26 Juni 2011
MAKALAH PENGEMBANGAN SDM PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Secara makro, faktor-faktor
masukan pembangunan, seperti sumber daya alam, material dan finansial
tidak akan memberi manfaat secara optimal untuk perbaikan kesejahteraan
rakyat bila tidak didukung oleh memadainya ketersediaan faktor SDM, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Pelajaran yang dapat dipetik dari
berbagai negara maju adalah, bahwa kemajuan yang dicapai oleh
bangsa-bangsa di negara-negara tersebut didukung oleh SDM yang
berkualitas. Jepang, misalnya, sebagai negara pendatang baru (late
comer) dalam kemajuan industri dan ekonomi memulai upaya mengejar
ketertinggalannya dari negara-negara yang telah lebih dahulu mencapai
kemajuan ekonomi dan industri (fore runners) seperti Jerman, perancis
dan Amerika dengan cara memacu pengembangan SDM (Ohkawa dan Kohama
1989).
Pengembangan
SDM pada intinya diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitasnya, yang
pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas. Hasil berbagai
studi menunjukkan, bahwa kualitas SDM merupakan faktor penentu
produktivitas, baik secara makro maupun mikro. Sumber Daya Manusia (SDM)
secara makro adalah warga negara suatu bangsa khususnya yang telah
memasuki usia angkatan kerja yg memiliki potensi untuk berperilaku
produktif (dengan atau tanpa pendidikan formal) yg mampu memenuhi
kebutuhan hidup sendiri dan keluarganya yang berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan masyarakat di lingkungan bangsa atau negaranya.
Kualitas
SDM Makro sangat dipengaruhi oleh kualitas kesehatan (fisik dan
psikis), kualitas pendidikan informal dan formal (yang berhubungan
dengan keterampilan/keahlian kerja), kepribadian terutama moral/agama,
tingkat kesejahteraan hidup dan ketersediaan lapangan kerja yang
relevan.
Dalam
konteks mikro, Sumber Daya Manusia adalah manusia/orang yang bekerja di
lingkungan sebuah organisasi yang disebut pegawai, karyawan, personil,
pimpinan / manajer, pekerja, tenaga kerja, majikan buruh dll. Di
lingkungan organisasi bidang pendidikan adalah semua pegawai
administratif, pendidik /guru, dosen serta tenaga kependidikan lainnya.
Dalam
kenyataannya manusia (SDM) dengan organisasi sebagai wadah untuk
mewujudkan hakikat kemanusiaan dan untuk memenuhi kebutuhan (need)
manusia memiliki hubungan yang sangat / kuat. Hubungan tersebut sebagai
berikut :
a. Manusia membutuh- Organisasi membutuhkan
kan organisasi manusia.
b. Manusia penggerak Tanpa manusia organisasi
organisasi tidak akan berfungsi
c. Manusia berorgani- Semua kebutuhan manusia
sasi utk memenuhi merupakan obyek
kebutuhannya organisasi
Oleh
karena itu SDM diperlukan oleh setiap institusi kemasyarakatan dan
organisasi. Berbagai institusi kemasyarakatan, seperti institusi
keluarga, institusi ekonomi, dan institusi keagamaan, SDM merupakan
unsur penting dalam pembinaan dan pengembangannya. Demikian pula dalam
organisasi, SDM berperan sangat penting dalam pengembangannya, terutama
bila diinginkan pencapaian tujuan yang optimal. Bila tujuan akhir setiap
kegiatan pembangunan, baik dalam konteks makro maupun mikro, adalah
peningkatan taraf hidup, maka optimalisasi pencapaian tujuan itu adalah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia secara optimal. Berdasarkan konsep
di atas, dukungan SDM yang berkualitas sangat menentukan keoptimalan
keberhasilan pencapaian tujuan itu.
Kualitas
SDM ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, di antaranya
kesehatan dan kemampuan. Faktor kemampuan sebagai salah satu faktor
penentu kualitas SDM bisa dikembangkan di antaranya melalui pendidikan.
Jadi, pendidikan merupakan suatu upaya dalam proses pengembangan SDM
(Maginson, Joy Mattews, dan Banfield, 1993).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan?
2. Apakah hakikat manajemen SDM Pendidikan dalam dunia pendidikan saat ini ?
3. Bagaimana kualitas SDM Pendidikan saat ini terkait dengan manajemen pendidikan sekolah?
C. Tujuan Masalah
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah selain memenuhi tugas dosen, dalam
rangka pengambilan nilai, juga dijadikan bahan diskusi kelompok pada
mata kuliah manajemen pendidikan.
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Pengembangan SDM
Pengertian SDM ada dua macam, yaitu:
1) Derajat kualitas usaha yang ditampilkan seseorang yang terlibat dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa, dan
2) Manusia yang memiliki kemampuan kerja untuk menghasilkan produksi, baik barang atau jasa (Simanjuntak, 1985).
Perbedaan
antara kedua pengertian di atas terletak pada derajat kualitas manusia
itu sendiri. Pada pengertian pertama, manusia dipandang sebagai SDM bila
memiliki kualitas yang sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan usaha.
Dalam konteks makro, ciri yang menandainya adalah kualitas untuk
melaksanakan perubahan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat,
sedangkan dalam konteks mikro adalah kualitas untuk melakukan proses
produksi, misalnya dalam suatu organisasi bisnis atau industri. Jadi,
manusia menjadi SDM apabila dia terlibat dalam proses produksi dan
kualitas kemampuan yang dimilikinya sesuai untuk menghasilkan produksi
itu. Pada pengertian kedua, aspek kualitas tidak ditonjolkan. Karena
pada dasarnya setiap individu manusia yang termasuk pada kategori
angkatan kerja itu terlibat atau dapat dilibatkan dalam proses
pembangunan atau proses produksi, maka dalam kondisi memiliki kemampuan
apapun dia termasuk kategori SDM, apabila dia terlibat dalam proses itu.
Bila belum terlibat, dia masih dikategorikan sebagai potensi. Oleh
sebab ada persyaratan keterlibatan, baik pada pengertian pertama maupun
pada pengertian kedua, maka pemanfaatan kemampuan dalam proses
pembangunan nasional maupun dalam proses produksi merupakan indikator
utama proses pengembangan SDM. Artinya, upaya apapun yang diarahkan
untuk meningkatkan kompetensi, akan termasuk pada upaya pengembangan SDM
apabila dikaitkan dengan pemanfaatannya dalam pembangunan atau dalam
proses produksi.
Pengembangan
SDM merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
pendekatan bersifat terintegrasi dan holistik dalam mengubah prilaku
orang-orang yang terlibat dalam suatu proses pekerjaan, dengan
menggunakan serangkaian teknik dan strategi belajar yang relevan
(Megginson, Joy-Mattews, dan Banfield, 1993). Konsep ini mengandung
makna adanya berbagai unsur kegiatan selama terjadinya proses mengubah
prilaku, yaitu adanya unsur pendidikan, adanya unsur belajar, dan
perkembangan. Unsur pendidikan dimaksudkan untuk menentukan teknik dan
strategi yang relevan untuk mengubah prilaku. Unsur belajar dimaksudkan
untuk menggambarkan proses terjadinya interaksi antara individu dengan
lingkungan, termasuk dengan pendidik. Adapun unsur perkembangan
dimaksudkan sebagai proses gradual dalam perubahan dari suatu keadaan,
misalnya dari keadaan tidak dimilikinya kompetensi menjadi keadaan
memiliki kompetensi, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.
B. Pengembangan SDM Melalui Pendidikan
Pengembangan
SDM yang membawa misi sebagaimana disebutkan di atas difokuskan pada
peningkatan ketahanan dan kompetensi setiap individu yang terlibat atau
akan terlibat dalam proses pembangunan. Peningkatan ketahanan dan
kompetensi ini di antaranya dilaksanakan melalui pendidikan. Bila
dikaitkan dengan pengembangan SDM dalam rangka meningkatkan kemampuan
menyesuaikan diri, pendidikan juga merupakan upaya meningkatkan derajat
kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable
terhadap berbagai perubahan dan tantangan yang dihadapi. Selain itu,
pendidikan yang diselenggarakan seharusnya juga memberi bekal-bekal
kemampuan dan keterampilan untuk melakukan suatu jenis pekerjaan
tertentu yang dibutuhkan agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan
(Boediono, 1992). Program semacam ini harus dilaksanakan dengan
disesuaikan dengan keperluan dan usaha yang
mengarah kepada antisipasi berbagai perubahan yang terjadi, baik di
masa kini maupun yang akan datang (Han, 1994; Dertouzas, Lester, dan
Solow, 1989).
Sebagaimana
dijelaskan di atas, pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses
melakukan perubahan, dalam rangka perbaikan, untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Kesejahteraan terkait dengan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup rakyat,
baik material maupun mental dan spiritual. Adapun kualitas SDM terkait
dengan derajat kemampuan, termasuk kreatifitas, dan moralitas
pelaku-pelaku pembangunan. Atas dasar ini, proses perubahan yang
diupayakan melalui pembangunan seharusnya menjangkau perbaikan semua
sektor secara menyeluruh dan berimbang, pada satu sisi, dan pada sisi
lain merupakan upaya meningkatkan kualitas SDM.
Perbaikan
pemenuhan kebutuhan dasar rakyat adalah fokus dari pembangunan sektor
ekonomi, dengan tujuan meningkatkan pemenuhan kebutuhan yang bersifat
fisik dan material, baik kebutuhan primer, sekunder, tertier maupun
kuarter. Pemenuhan kebutuhan ini seharusnya seimbang dengan pemenuhan
kebutuhan mental dan spiritual. Bebas dari rasa takut, adanya rasa aman,
dihargai harkat dan martabatnya, dilindungi kebebasan dan hak-haknya,
serta tersedianya kesempatan
yang sama untuk mewujudkan cita-cita dan potensi diri adalah
bentuk-bentuk kebutuhan mental yang seharusnya diperbaiki kondisinya
melalui pembangunan. Adapun pemenuhan kebutuhan spiritual terkait dengan
kebebasan dan ketersediaan prasarana, sarana dan kesempatan untuk
mempelajari, mendalami dan menjalankan ajaran agama yang dianut,
sehingga komunikasi dengan Sang Pencipta dapat terpelihara.
Pada
sisi peningkatan kualitas SDM, pembangunan diarahkan untuk menjadikan
rakyat negeri ini kreatif, menguasai serta mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), dan memiliki moralitas.
Kreatifitas diperlukan untuk bisa bertahan hidup dan tidak rentan dalam
menghadapi berbagai kesulitan.
Dengan kreatifitas, seseorang menjadi dinamis dan bisa menemukan jalan
keluar yang positif ketika menghadapi kesulitan atau masalah.
Penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS sangat dibutuhkan untuk peningkatan taraf hidup, dan agar bangsa ini bisa disandingkan
dan ditandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Ini mengingat, globalisasi
dalam berbagai bidang kehidupan sudah tidak bisa dihindari dan berdampak
pada terjadinya persaingan yang ketat, baik dalam kehidupan sosial,
ekonomi, maupun politik. Untuk bisa memasuki pergaulan dalam kehidupan
global (persandingan dengan masyarakat global) maupun untuk meraih
keberhasilan dalam berbagai kesempatan yang tersedia (pertandingan dalam
kehidupan global) diperlukan pengusaan dan kemampuan mengembangkan
IPTEKS. Adapun moralitas sangat diperlukan agar dalam menjalani
kehidupannya prilaku bangsa ini dikendalikan oleh nilai-nilai kebenaran
dan keadilan yang bersifat nasional dan universal. Karena nilai-nilai
ini berkait dengan batas-batas antara baik dan tidak baik, benar dan
tidak benar, serta antara yang menjadi haknya dan bukan haknya, maka
tingginya moralitas dapat meningkatkan keterpercayaan dan keandalan
individu dan masyarakat, baik di mata bangsanya sendiri maupun dalam
pergaulan global. Jadi, kualitas SDM bukan hanya ditentukan oleh
kemampuan dan kreativitasnya
saja tetapi juga oleh derajat moralitasnya. Selain berkaitan dengan
sistem masyarakat secara umum, kualitas SDM mempunyai keterkaitan erat
dengan kualitas pendidikan sekolah. Karena SDM berkualitas adalah
keluaran sistem pendidikan, proses pendidikan harusnya menjadikan kreativitas,
penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS, serta moralitas sebagai
acuan dasar. Unsur penguasaan dan kemampuan mengembangkan IPTEKS bisa
dicapai melalui proses pembelajaran sejumlah mata ajaran secara
berjenjang. Unsur kretivitas bisa dirajut
dalam sebagian dari mata ajaran tertentu, misalnya matematika, IPA dan
IPS, namun dengan penerapan model pembelajaran yang kondusif, seperti
keterampilan proses (melalui penemuan).
Adapun
unsur moralitas dibangun melalui proses yang kompleks, yang
mengutamakan pada pembentukan sikap yang berkait dengan norma dan
nilai-nilai. Unsur ini bisa juga dirajut melalui isi berbagai mata
ajaran, tidak mesti menjadi suatu mata ajaran tersendiri dalam
kurikulum. (Fogarty, 1991).
C. Peranan Pendidikan Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia
Persoalan
ketenagakerjaan selalu mendapat perhatian yang serius dari berbagai
kalangan, baik pemerintah, swasta maupun dari masyarakat. Kompleksitas
permasalahan ketenagakerjaan ini dapat dipandang sebagai suatu upaya
masing-masing individu untuk memperoleh dan mempertahankan hak-hak
kehidupan yang melekat pada manusia agar memenuhi kebutuhan demi
kelangsungan hidup.
Tujuan
pembangunan nasional, yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang
damai, demokratis, berkeadilan dan berdaya saing maju dan sejahtera
dalam wadah negara kesatuan republik indonesia yang didukung oleh
manusia yang sehat, mandiri dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Dari
tujuan tersebut tercermin bahwa sebagai titik sentral pembangunan
adalah pemberdayaan sumber daya manusia termasuk tenaga kerja, baik
sebagai sasaran pembangunan maupun sebagai pelaku pembangunan. Dengan
demikian, pembangunan ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek
pendukung keberhasilan pembangunan nasional. Di sisi lain, terdapat
beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan
nasional tersebut, khususnya dibidang dibidang ketenagakerjaan, sehingga
diperlukan kebijakan dan upaya dalam mengatasinya.
Sehubungan
hal tersebut di atas pengembangan SDM di Indonesia dilakukan melalui
tiga jalur utama, yaitu pendidikan, pelatihan dan pengembangan karir di
tempat kerja.
Jalur
pendidikan merupakan tulang punggung pengembangan SDM yang dimulai dari
tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Sementara itu, jalur pelatihan
dan pengembangan karir di tempat kerja merupakan jalur suplemen dan
komplemen terhadap pendidikan.
Arah
pembangunan SDM di indonesia ditujukan pada pengembangan kualitas SDM
secara komprehensif meliputi aspek kepribadian dan sikap mental,
penguasaan ilmu dan teknologi, serta profesionalisme dan kompetensi yang
ke semuanya dijiwai oleh nilai-nilai religius sesuai dengan agamanya.
Dengan kata lain, pengembangan SDM di Indonesia meliputi pengembangan
kecerdasan akal (IQ), kecerdasan sosial (EQ) dan kecerdasan spiritual
(SQ).
Dalam
rangka pengembangan SDM di indonesia, banyak tantangan yang harus
dihadapi. Tantangan pertama adalah jumlah penduduk yang besar, yaitu
sekitar 216 juta jiwa. Tantangan kedua adalah luasnya wilayah indonesia
yang terdiri dari 17.000 pulau dengan penyebaran penduduk yang tidak
merata. Tantangan ketiga adalah mobilitas penduduk yang arus besarnya
justru lebih banyak ke pulau Jawa dan ke kota-kota besar.
Berbagai
tantangan seperti itu, memerlukan konsep, strategi dan kebijakan yang
tepat agar pengembangan SDM di Indonesia dapat mencapai sasaran yang
tepat secara efektif dan efisien. Hal ini penting dilakukan karena
peningkatan kualitas SDM Indonesia tidak hanya untuk meningkatkan
produktivitas dan daya saing di dalam maupun diluar negeri, tetapi juga
untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan penghasilan bagi
masyarakat.
D. Pengertian dan strategi Manajemen SDM Pendidikan
Pengertian Manajemen SDM Pendidikan :
1. Manajemen
SDM Pendidikan adalah proses memberdayakan personal, khususnya pendidik
dan tenaga kependidikan untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan formal
secara efektif dan efisien.
2. Manajemen SDM Pendidikan adalah proses perencanan, pengorganisasian dan pengendalian personal pendidikan sebagai sumber daya manusia untuk mencapai tujuan lembaga pendidkan formal.
3. Manajemen SDM Pendidikan adalah kegiatan memberdayakan personil di lingkungan organisasi bidang pendidikan secara manusiawi, agar memberikan kontribusi secara optimal dan dengan memperoleh kepuasan kerja.
4. Manajemen SDM Pendidikan adalah proses mendayagunakan
sumber daya manusia bidang pendidikan secara manusiawi dalam arti
diperlakukan sebagai subyek dan dipenuhi hak asasinya agar mampu
memfokuskan kinerjanya pada tujuan lembaga pendidikan formal.
Manajemen
SDM Pendidikan seperti tersebut di atas, memerlukan Strategi Manajemen
SDM yang harus diimplementasikan secara efektif dan efisien agar mampu
mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
SDM Pendidikan harus dikelola dan diberdayakan berdasarkan nilai-nilai sbb :
a. Nilai-nilai Demokratis yg menghargai dan menghormati setiap personil pendidikan yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai individu.
b. Nilai-nilai
Kemanusiaan yang melindungi hak-hak asasi setiap personil pendidikan
secara manusiawi yang harus diperlakukan sebagai subyek.
2. KEBIJAKSANAAN MSDM PENDIDIKAN
SDM Pendidikan harus diperlakukan dengan kebijaksanaan sbb:
a. Tidak Deskriminatif atau tanpa membedakan personil pendidikan berdasarkan suku, ras, agama, golongan, warna kulit dalam rekrutmen dan seleksi, penempatan, pelatihan, promosi, kompensasi dll.
b. Memberi
peluang yang sama pada personil pendidikan untuk bersaing dalam
berprestasi dan mendapatkan reward berdasarkan prestasi kerjanya.
3. PROGRAM MSDM PENDIDIKAN
Program-program MSDM Pendidikan dirancang dan dilaksanakan untuk :
a. Membantu
personil pendidikan untuk meningkatkan kemampuan kerja (kinerja) guna
meningkatkan kontribusi masing-masing dlm rangka mencapai tujuan
pendidikan.
b. Menjamin dan mengusahakan perlakuan yang adil dan manusiawi pada personil pendidikan khususnya dalam bidang kesejahteraan.
4. PROSES MSDM PENDIDIKAN
Semua pimpinan organisasi dan unit kerja pendidikan memiliki tanggung jawab melaksanakan proses MSDM sbb:
a. Melakukan
kerjasama dan koordinasi antara unit personalia dengan semua unit di
lingkungan organisasi masing-masing pada organisasi pengelola dan
pelaksana pendidikan formal
b. Menjalankan fungsi pembinaan, pengembangan dan pengendalian SDM di unit kerja masing-masing meliputi :
· Menciptakan dan mengembangkan hubungan kerja dan kerjasama (team work) antar personilnya.
· Menumbuhkan
dan mengembangkan motivasi kerja/ berprestasi dalam rangka meningkatkan
produktivitas unit kerja/organisasi termasuk sekolah.
· Menggali dan menyalurkan kreativitas, inisiatif.
· Menggali dan menyalurkan kreativitas, inisiatif dan inovasi personil pendidikan untuk mengembangkan organisasi/unit kerja pendidikan masing-masing.
· Menegakan,
memelihara dan mengembangkan disiplin kerja dan disiplin waktu yg
positif dan dinamis, termasuk melakukan manajemen konflik.
· Menyediakan
informasi/data mengenai personil unit ker ja masing-masing dalam rangka
membangun SIM SDM Pendidikan sebagai bagian SIM Organisasi.
5. KEGIATAN MSDM PENDIDIKAN
MSDM harus melakukan berbagai kegiatan, meskipun ada di antaranya yang tidak dilaksanakan secara intensif. Totalitas Kegiatan MSDM Pendidikan mencakup : Analisis Pekerjaan, Perencanaan SDM, Rekrutmen dan Seleksi SDM, Orientasi dan Pengangkatan, Pelatihan, Pengembangan Karir, Konpensasi (Upah dan Insentif), dan Evaluasi Kinerja.
BAB III
KESIMPULAN
Sebagai
suatu bentuk upaya dalam pengembangan SDM, pendidikan merupakan salah
satu sektor terpenting dalam pembangunan Pendidikan dan Perspektif nasional.
Hal ini mengingat pendidikan menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas yang menjadi faktor input dominan dalam pembangunan
tersebut. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan pembangunan nasional,
pendidikan seharusnya mendapat prioritas, karena melalui upaya ini dapat
dihimpun stok modal manusia dan stok modal sosial yang memadai secara
kualitas untuk melaksanakan pembangunan. Tanpa tersedianya stok modal
manusia dan stok modal sosial yang memadai, terutama secara kualitas,
keberhasilan pembangunan patut dipertanyakan.
Daftar Pustaka
Boediono, (1994). Pendidikan dan Latihan Dalam Periode Tinggal Landas. Mimbar Pendidikan, No. 1 Tahun XIII.
Dertouzas, M.L., Lester, R.K., dan Solow, R.M., (1989). Made In America: Regaining the Productive Edge. Cambridge, MA: Harper Perennial.
Gilley, J.W., dan Eggland, S.E., (1989). Principles of Human Resource Development. Reading, MA: Addison-Wisley Publishing Company, Inc.
Jones, J dan Walter, L. Donald, (2008). Human Resource Management in Education. Manajemen Sumberdaya Manusia dalam Pendidikan. Yogyakarta: Q-Media,
Megginson, D., Joy-Mattews, J., dan Banfield, P., (1993). Human Resource Development. London: Kogan-Page Limited.
Simanjuntak, P., (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Suryadi, A. (1995). Kebijaksanaan Pendidikan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia: Transisi Menuju era Indonesia Modern. Jakarta: Pusat Informatika, Balitbang Dikbud