CONTOH MAKALAH AKUTANSI
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan
Keuangan
Sistem atau proses akuntansi akan menghasikan laporan keuangan.
Laporan ini terdiri dari:
1. Daftar neraca yang mengambarkan posisi keuangan perusahaan pada
suatu tangggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta utang dan modal pada
tanggal tertentu.
2. Perhitungan laba rugi yang mengambarkan jumlah hasil, biaya/laba
rugi perusahaan pada suatu perode tertentu. Laba rugi mengambarkan hasil yang
diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang
dikeluarkan umtuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya
3. Laporan dan penggunaan
sumber dana. Disini dimuat sumber dana dan
pengeluaran perusahaan selama suatu periode. Dana biasa diartikan kas dan bisa juga modal kerja.
pengeluaran perusahaan selama suatu periode. Dana biasa diartikan kas dan bisa juga modal kerja.
4. Laporan arus kas. Laporan
ini merupaka ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang dalam format
laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi
dan kegiatan pembiayaan.
Dalam
makalah ini Penulis mencoba untuk menjelaskan secara jelas tentang Laporan
Keuangan dalam bab selanjutnya.
BAB I
PEMBAHASAN
A. Konsep, Prinsip dan Pengguna Laporan Keuangan
a. Konsep Dan Prinsip Laporan Keuangan
Konsep dan prinsip itu adalah sebagai berikut:
1. Accunting Entity ( Entitas )
Yang
menjadi fokus perhatian akuntansi adalah entity tertentu atau lembaga tertentu
yang akan dilaporkan, bukan lembaga lainnya.
2. Going concern
(kontinuitas operasi)
Dalam
penyusunan laporan keuangan harus dianggap bahwa perusahaan (entity) yang
dilaporkan terus beroperasi dimasa-masa yang akan datang. Jika perusahaan
dianggap tidak mampu inelanjutkan usahannya harus diungkapkan akuntan.
3. Measurement (pengukuran)
Akuntansi
adalah sebagai media pengukuran sumber-sumber ekonomi dan kewajiban. Akuntansi
harus mengukur hasil transaksi, ukuran yang dipakai dalam unit moneter.
4. Time period (periode waktu)
Laporan
keuangan menyajikan informasi untuk suatu waktu atau peride tertentu. Laporan
harus memiliki batas waktu yang jelas.
5. Monetery unit (unit moneter)
Pengukuran
setiap transaksi adalah bentuk nilai atau unit uang.
6. Acrual
Penentuan
pendapatan dan biaya dari posisi harta dan kewajiban ditetapkan berdasarkan
kejadiannya tanpa melihat apakah transaksi pembayaran atau penerimaan kas telah
dilakukan atau belum.
7. Exchange price (harga pertukaran)
Nilai
yang terdapat dalam laporan keuangan didasarkan pada harga pertukaran pada saat
terjadinya transaksi.
8. Apromination ( penaksiran)
Dalam
akuntansi tidak dapat dihindarkan dari penaksiran-penaksiran. Sepeti
taksiran-taksiran umur, taksiran harga, pemilihan prinsip yang digunakan dan
sebagainya.
9. Judgement (pertimbangan)
Dalam
penyusunan laporan keuangan banyak diperlukan pertimbangan-pertimbangan
berdasarkan keahlian, baik pertimbangan memilih altematif prinsip maupun
pemilihan cara penyajian dalam laporan keuangan.
10. General purpose (bertujuan umum)
Informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan yang dihasilkan akuntansi keuangan
ditujukan buat pemakai secara umum, bukan pemakai khusus.
11. Interrated statement (laporan yang sangat terkait)
Neraca,
daftar laba rugi, dan laporan sumber dan penggunaan kas mempunyai hubungan yang
sangat erat dan berkaitan. Angka dari neraca laba/rugi saling terkait.
12. Subtance over form
Akuntansi
lebih menekankan kenyataan ekonomis suatu kejadian dari pada bukti legalnya
atau formalnya.
13. Materially (materialitas)
Laporan
keuangan hanya memuat informasi yang dinggap penting. Setiap pertimbangan yang
dilakukannya tetap melihat signifikansinnya secara umum.
Indikator materialitasnya adalah dikaitkan dengan dampaknnya
terhadap laporankeuangan.
B. Pengguna Laporan Keuangan
1. Pemilik perusahaan
Bagi
pemilik perusahaan laporan keuangan keuangan dimaksudkan untuk:
a.
Menilai prestasi atau
hasil yang diperoleh manajemen.
b.
Mengetahui hasil deviden yang akan diterima
c.
Menilai posisi keuangan perusahaan
dan pertumbuhannya
d.
Mengetahui nilai sahan dan
laba perlembar saham
e.
Sebagai dasar untuk
memprediksi kondisi perusahaan dimasa datang
f.
Sebagai dasar untuk
mempertimbangkan menambah atau mengurangi investasi.
2. Manajemen perusahaan
Bagi
manajemen perusahaan laporan keuangan ini digunakan untuk:
a.
Alat untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik
b.
Mengukur tingkat biaya
dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian, atau segmen tertentu.
c.
Mengukur tingkat efisiensi
dan tingkat keuntungan perusahaan devisi,
d.
Menilai hasil kerja
individu yang diberi tugas dan tanggungjawab.
e.
Untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil kebijakan baru.
f.
Memenuhi ketentuan dalam
UU, peraturan , AD (Anggaran Dasar), Pasar Modal , dan lembaga regulator
lainnya.
3. Investor
Bagi investor laporan dimaksudkan untuk :
a.
Menilai konisi keuangan
dan hasil usaha peusahaan
b.
Menilai kemungkinan menanamkan
dana dalam perusahaan.
c.
Menilai kemungkinan
menanamkan investasi ( menarik investsi ) dari
d.
Menjadi dasar memprediksi
kondisi perusahaan dimasa yang akan datang.
4. Kreditur atau Banker
Bagi kreditur, banker, atau supplier laporan keuangan digunakan
untuk:
a.
Menilai kondisi keuangan
dan hasil usaha perusahann baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b.
Menilai kualitas jaminan
kredit/investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan.
c.
Melihat dan memprediksi
prospek keuantungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan atau menilai rate of
return perusahaan.
d.
Menilai kemampuan
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan sebagai dasar dalam
pertinbangan keputusan kredit.
e.
Menilai sejauh mana
perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang akan disepakati.
5. Pemerintah dan regulator.
Bagi
pemerintah atau regulator laporan keuangan dimaksudkan untuk:
a.
Menghitung dan menetapkan
jumlah pajak yang hams dibayar.
b.
Sebagai dasar dalain
penetapan-penetapan kebijaksanaan bam.
c.
Menilai apakah perusahaan
memerlukan bantuan atau tindakan lain.
d.
Menilai kepatuhan
perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan.
e.
Bagi tembaga pemerintah
lainnya bisa menjadi bahan data dan statistk.
6.
Analisa, Akademis, Pusat
data bisnis
7.
Para analis, akademis dan
juga lembaga-lembaga pengumpulan data bisnis laporan keuangan ini penting
sebagai bahan atau sumber informasi primer yang akan diolah sehingga
menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi analisa, ilmu pengetahuan dan
komoditi informasi.
C.
Analisa Laporan
Keuangan
1.
Tujuan Analisa Laporan
Keuangan
Salah
satu tugas penting setelah akhir tahun adalah menganalisa laporan keuangan
perusahaan. Analisa ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah disusun.
Tujuan laporan keungan menurut Sofyan (1983) adalah sebagai berikut:
1.
Screening
Analisa
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari
laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
2.
Understanding
Memahami perusahaan, kondisi keuangan dan hasil usahannya.
Memahami perusahaan, kondisi keuangan dan hasil usahannya.
3.
Forcasting
Analisa dimaksudkan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
Analisa dimaksudkan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
4.
Dignosis
Analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkman adanya masalah-masalah yang akan terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan, atau masalah lain dalam perusahaan.
Analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkman adanya masalah-masalah yang akan terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan, atau masalah lain dalam perusahaan.
5.
Evaluation
Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
Disamping
tujuan tersebut di atas analisa laporan keuangan juga dapat digunakan untuk
menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan.
D.
Teknik Analisa
Laporan Keuangan
Teknik
analisa laporan keuangan dapat digunakan dengan berbagai metode antara lain:
1.
Metode koperatif
2.
Analiasa trend
3.
Laporan keuangan bentuk
common size
4.
Metode index time series
5.
Analisa ratio
6.
Teknik analisa lain
seperti:
a) Analisa Sumber dan
Penggunaan Dana
b) Analisa Break Even
c) Analisa Gross Profit
d) Dupont Analysis
7.
Model Analisa
a) Brankruptcy Model
b) Net Cash Flow Prediction Model
c) Take Over Prediction Model
Profitabilitas
A.
Pengertian
Profitabilitas
Profitabilitas
merupakan perbandingan antara laba operasi dengan jumlah seluruh aktiva
perusahaan pada suatu periode.
B.
Macam-Macam Rasio
Profltabilitas
Menurut Munawir
(1999, hal 29) rasio ini meliputi:
a)
Return on Investment
Analisa
Return on Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat
penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh
(komprehensif). Analisa ROI ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim
digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan
operasi perusahaan. Return on Investment itu sendiri adalah salah satu bentuk
dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini
menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan (net
operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). Sebutan lain
untuk rasio ini adalah net operating profit rate of return atau operating
profit rate of return atau operating earning power. Besarnya ROI dipengaruhi
oleh dua faktor:
a)
Turnover dari operating assets (tingkat
perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi)
b)
Profit margin, yaitu besarnya keuntungan
operasi yang dinyatakan dalam persentase dan jumlah penjualan bersih. Profit
margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan
dihubungkan dengan penjualannya.
Besarnya
ROI akan berubah kalau ada perubahan profit margin atau assets turnover, baik
masing-masing atau kedua-duanya dalam rangka usaha untuk memperbesar ROI. Usaha
mempertinggi ROI dengan memperbesar profit.
b)
Rasio Operating Income
dengan Operating Assets
Profitability
suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba
yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau assets yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (operating assets). Yang
dimaksud dengan operating assets adalah semua aktiva kecuali investasi jangka
panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha
memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan.
Rasio
ini akan mencerminkan keuntungan yang diperoleh tanpa mengingat dari mana
sumber modal dan menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan
operasi sehari-hari.
Rasio
ini sangat berguna membandingkan antara dua perusahaan atau lebih yang memiliki
struktur permodalan yang berbeda atau untuk membandingkan perusahaan yang sama
untuk dua periode yang berbeda, karena dengan demikian akan diketahui earning
power atau Retum on Investment ( ROI) dari perusahaan yang bersangkutan atau
dari periode ke periode lainnya.
Ratio
yang rendah menunjukkan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:
a.
Adanya over investment
dalam aktiva yang digunakan untuk operasi dalam hubungannya dengan volume
penjualan yang diperoleh dengan aktiva tersebut.
b.
Merupakan cermin rendahnya
volume penjualan dibandingkan dengan ongkos-ongkos yang diperlukan.
c.
Adanya inefisiensi baik
dalam produksi, pembelian maupun pemasaran.
d.
Adanya kegiatan ekonomi
yang menurun.
Menurut
(Sofyan,1999, hal.304) Beberapa jenis rasio Profitabilitas antara lain:
1.
Margin Laba (profit
margin) = Pendapatan bersih / Penjualan
Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh setiap penjualan. Semakin besar ratio ini senakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh setiap penjualan. Semakin besar ratio ini senakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
2.
Assets turn over (Return
on assets) = Penjualan bersih / Total aktiva
Ratio ini mengambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
Ratio ini mengambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
3.
Return on Invesment
(Return on Equity) = Laba bersih / Rata-rata modal (Equity) Rasio ini
menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik.
Semakin besar semakin bagus.
4.
Return on total Assets =
Laba bersih / Rata rata total Assets
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.
5.
Basic Earning Power = Laba
sebelum buanga dan pajak / Total aktiva
Rasio ini menunjukkan kemampuan peusahaan memperoleh laba bila diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva, semakin besar semakin baik.
Rasio ini menunjukkan kemampuan peusahaan memperoleh laba bila diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva, semakin besar semakin baik.
6.
Earning per share = Laba
baeian sahan bersangkutan / Jumlah Saham
Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar saham menghasilkan laba.
Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar saham menghasilkan laba.
7.
Contribution Margin = Laba
kotor / Penjualan
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya.
Sedangkan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ROA (Return on total Assets).
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya.
Sedangkan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ROA (Return on total Assets).
c)
Identifikasi
Variabel-Variabel Pembentuk ROA
A.
Laba
Laba
merupakan selisih lebih dari penghasilan yang diterima perusahaan pada suaru
periode atau lebiah besar penghasilan dari pada biaya-biaya yang dikeluarkan
perusahaan.
B.
Assets (Harta, Aktiva)
Dalam
pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja,
tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered
charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan
datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible assets) misalnya
goodwill, hak patent, hak menerbitkan dan sebagainya. Pada dasarnya aktiva
dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan tidak
lancar.
Aktiva
lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan
atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode
berikutnya ( paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan
yang normal).
Penyajian
pos-pos aktiva lancar di dalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasnya:
sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid sarnpai dengan aktiva
yang paling tidak likuid.
Yang
termasuk kelompok aktiva lancar adalah:
1.
Kas, atau uang tunai yang
dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang tunai yang dimiliki
oleh perusahaan tetapi sudah ditentukan penggunaannya (misalnya uang kas yang
disisihkan untuk tujuan pelunasan hutang obligasi, untuk pembelian aktiva tetap
atau tujuan-tujuan lain) tidak dapat dimasukkan dalam pos kas. Termasuk dalam
pengertian kas adalah cek yang diterima dari para langganan dan simpanan
perusahaan di bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan cek atau
bilyet) setiap saat diperlukan oleh perusahaan.
2.
Investasi jangka pendek
(surat-surat berharga atau marketable securities); adalah investasi yang
sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas
yang untuk sementara belum dibutuhkan operasi.
Syarat
utama agar dapat dimasukkan dalam investasi jangka pendek adalah bahwa investasi
itu harus bersifat marketable, artinya setiap perusahaan membutuhkan uang,
investasi itu dapat segera dijual dengan harga yang pasti. Yang termasuk dalam investasi
jangka pendek adalah:
a.
deposito di bank dan
b.
surat-surat berharga yang
berwujud saham, obligasi dan surat hipotek, sertifikat bank dan lain-lain
investasi yang mudah diperjul-behkan. Investasi jangka pendek ini disajikan
dalam neraca sebesar harga perolehannya atau harga pasar mana yang lebih
rendah.
3.
Piutang wesel, adalah
tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau
perjanjian yang diatur dalam undang-undang. Karena wesel pembuatannya diatur
dengan undang-undang, maka wesel ini lebih mempunyai kekuatan hukum dan lebih
terjamin pelunasannya; dan Piutang Wesel (Notes Receivable) ini dapat
diperjual-belikan atau didiskontokannya Piutang Wesel tersebut timbulah
contingent liability, yaitu hutang yang mungkin akan terjadi di masa mendatang
pada saat jatuh tempo wesel yang bersangkutan.
4.
Piutang dagang, adalah
tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau
langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan barang secara kredit, tetapi dapat karena hal-hal lain, misahiya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan saham secara angsuran, atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya. Piutang-piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus dijanjikan dalam neraca secara informatif.
langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan barang secara kredit, tetapi dapat karena hal-hal lain, misahiya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan saham secara angsuran, atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya. Piutang-piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus dijanjikan dalam neraca secara informatif.
piutang
dagang atau iutang lain-lain biasanya disajikan dalam neraca sebesar nilai
realisasinya, yaitu nilai nominal piutang dikurangi dengan cadangan kerugian
piutang (taksiran piutang tak tertagih).
5.
Persediaan; untuk
perusahaan dagang yang dimaksud dengan persediaan
adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang/belum laku dijual. Untuk perusahaan manufakturing (yang memproduksi barang) maka persediaan yang dimiliki meliputi:
adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang/belum laku dijual. Untuk perusahaan manufakturing (yang memproduksi barang) maka persediaan yang dimiliki meliputi:
a.
Persediaan bahan mentah
b.
Persediaan barang dalam
proses
c.
Persediaan barang jadi
6.
Piutang penghasilan atau
penghasilan yang masih harus diterima, adalah
penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah
memberikan jasa/prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya
sehingga merupakan tagihan.
penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah
memberikan jasa/prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya
sehingga merupakan tagihan.
7.
Persekot/biaya dibayar
dimuka, adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan
telah memberikan jasa/prestasinya dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum
menjadi biaya atau jasa/prestasi pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan
pada periode ini melainkan pada periode berikutnya.
Aktiva
tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau
jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan
habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). Yang termasuk aktiva
tidak lancar adalah:
1.
Investasi jangka
panjang.
Bagi
perusahaan yang cukup besar arti mempunyai kekayaan atau modal yang cukup atau
sering melebihi dari yang dibutuhkan, maka perusahaan ini dapat menanamkan
modalnya dalam investasi jangka panjang diluar usaha pokoknya. Investasi jangka
panjang ini berupa:
a.
Saham dari perusahaan lain
b.
Obligasi atau pinjaman
kepada perusahaan lain
c.
Aktiva tetap yang tidak
ada hubungannya dengan usaha perusahaan ataupun dalam bentuk dana-dana yang sudah
mempunyai tujuan tertentu.
Tujuan
investasi atau penanaman ini pada umumnya adalah:
a.
Untuk dapat mengadakan
pengawasan terhadap kebijakan atau kegiatan perusahaan lain.
b.
Untuk memperoleh pendapatan
secara terus-menerus
c.
Untuk membentuk suatu dana
untuk tujuan-tujuan tertentu.
2.
Ativa tetap
Ativa
tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya tampak yang
digunakan dalam operasi yang tidak akan habis dalam satu periode kegiatan. Yang
dimaukan dalam kelompok aktiva tetap adalah:
a)
Tanah
b)
Bangunan
c)
Mesin
d)
Inventaris
e)
Kendaraan dan perlengkapan
atau alat-alat lainnya
3.
Aktiva tetap tidak
berwujud
Aktiva
tetap tidak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak tampak,
tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki perusahaan untuk digunakan
dalam kegiatan perusahaan, seperti: Hak cipta, Merek dagang, Biaya pendirian,
Lisesnsi, Goodwill dan sebagainnya.
4.
Beban yang
ditangguhkan
Beban
yang ditangguhkan adalah menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang
mempunyai manfaat jangka panjang atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan
juga pada periode berikutnya. Seperti: biaya pemasaran, diskonto oblogasi,
biaya pembukaan perusahann biaya penelitian dan sebagainya.
5.
Aktiva lain-lain
Aktiva
lain-lain adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat
atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi sebelumnya, misalnya gedung dalam
proses, tanah dalam penyelesaian dan lain sebagainya.
Leverage
A.
Pengertian Leverage
Rasio
ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun
asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang
atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal
(equity). Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih
besar dari hutang. Rasio ini bisa juga dianggap bagian dari rasio Solvabilitas.
B.
Macam-macam Rasio
Leverage
Menurut
Sofyan (1999, hal 306) Rasio ini dapat dibagi menjadi beberapa macam antara
lain:
1.
Leverage = (Hutang /
Mod)al x 100%
2.
Capital Adequacy Ratio
(CAR) (Rasio Kecukupan Modal)
Rasio ini menunjukan kecukupan modal yang ditetapkan lembaga pengatur yang khusus berlaku bagi industri-industri yang berada di bawah pengawasan pemerintah misalnya Bank, dan Asuransi. Rasio ini dimaksudkan untuk menilai keamanan dan kesehatan perusahaan dari sisi modal pemiliknya.
Rasio ini menunjukan kecukupan modal yang ditetapkan lembaga pengatur yang khusus berlaku bagi industri-industri yang berada di bawah pengawasan pemerintah misalnya Bank, dan Asuransi. Rasio ini dimaksudkan untuk menilai keamanan dan kesehatan perusahaan dari sisi modal pemiliknya.
3.
Capital Information Rasio
ini mengukur tingkat pertumbuhan suatu perusahaan (khususnya usaha Bank)
sehingga dapat bertahan tanpa merusak Capital Adequacy Ratio. Rumusnya adalah:
Laba
Bersih Dividen Yang Dibayar / Rata-rata Modal Pemilik
Semakin besar rasio ini semakin kuat posisi modal. Sedangkan yang akan digunakan dalam penelitian ini rasio Hutang dengan Modal.
Semakin besar rasio ini semakin kuat posisi modal. Sedangkan yang akan digunakan dalam penelitian ini rasio Hutang dengan Modal.
C.
Identifikasi Variabel-variabel
Pembentuk Leverage
a.
Hutang (kewajiban)
Hutang
adalah kewajiban ekonomis dan suatu perusahaan yang diakui dan dinilai sesuai
dengan prinsip akuntansi. Hutang dapat dibagi menjadi hutang lancar dan hutang
jangka panjang.
1.
Hutang lancar, adalah
kewajiban keuangan yang pelunasannya dilakukan dalam jangka waktu pendek (satu
tahun sejak tanggal neraca). Hutang lancar meliputi:
a.
Hutang dagang
b.
Hutang wesel
c.
Hutang pajak
d.
Biaya yang masih hams
dibayar
e.
Hutang jangka panjang yang
segera akan jatuh tempo dan
f.
Penghasilan diterima
dimuka
2.
Hutang jangka panjang,
adalah kewajiban keuangan untuk jangka panjang atau lebih dari satu satu tahun,
yang meliputi:
a.
Hutang obligasi
b.
Hutang Hipotik
c.
Pinjaman jangka panjang
b.
Modal
Modal
adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan
dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba ditahan. Sedangkan Menurut
Sofyan (1999, Hal. 110) Modal adalah suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu
lembaga setelah dikurangi kewajibannya. Modal suatu perusahaan bisa modal
perseorangan untuk perusahaan perseorangan dan modal saham bila perseroan terbatas
(PT).
c.
Skala Usaha
Skala
usaha merupakan jumlah seluruh aktiva baik aktiva tetap maupun aktiva lancar
yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Menurut Irawan (1997,
hal.95) yang mengunakan kata skala operasi untuk skala usaha menyebutkan bahwa skala
oparasi perusahaan terdiri dari 3 hal:
1.
Plant atau Establishment
Tempat
dimana barang-barang itu diproduksi atau didistribusikan atau disediakan
jasa-jasa, itu merupakan plant, atau establisment. Disitu terdapat mesin-mesin,
alat-alat dan juga para pekerja untuk memproduksi barang atau menyediakan jasa.
Estabilismen
dapat berupa bengkel, gudang atau kantor. Sebuah establismen bisa melakukan
berbagai kegiatan proses manufacturing atau distribusi, jadi plant atau
establishment itu bersrti pabrik atau toko.
2.
Firm
Establismen ini diawasi dan diatur oleh Firm. Sebuah Firm merupakan suatu unit pemilikan, pengawasan dan pengelolaan. Firm itu biasanya mempunyai tanah dimana Plant atau Establishment terletak. Dengan kata lain sebuah Firm adalah suatu unit yang memiliki mengawasi dan mengelola Plant atau beberapa Plant.
Establismen ini diawasi dan diatur oleh Firm. Sebuah Firm merupakan suatu unit pemilikan, pengawasan dan pengelolaan. Firm itu biasanya mempunyai tanah dimana Plant atau Establishment terletak. Dengan kata lain sebuah Firm adalah suatu unit yang memiliki mengawasi dan mengelola Plant atau beberapa Plant.
3.
Industri
Industri adalah keseluruhan/kumpulan dari firm yang memiliki dan mengelola Plant yang menghasilkan barang sama.
Industri adalah keseluruhan/kumpulan dari firm yang memiliki dan mengelola Plant yang menghasilkan barang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Alfred dan Douglas, Teori Ekonomi (Permintaan dan
Pengendalian), Edisi Kesatu. Penerbit Ghalia Indonesia, 1979.
Sumarni, Murti dan Soeprihanto Jhon, Pengantar
Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan), Edisi kelima, Penerbit Liberti,
Yogyakarta, 1987.
Angipora, Menus P., Dasar-dasar Pamasaran,
Edisi Kesatu. Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999.
Agnes
Utari Widyaningdyah ,, Jurnal Akuntansi & Keuangan, November Vol. 3
No. 2.2001
Akuntansi”,
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Agustus Vol. 3 No. 2.