MAKALAH INFLASI
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah
ini sebagai tugas dari dosen mata kuliah Teori Ekonomi kami. Selain itu,
makalah ini dibuat agar kiranya dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran lebih lanjut mengenai Inflasi. Makalah ini disusun
berdasarkan kepentingan-kepentingan dan pembahasan pokok terkait dengan
Inflasi.
Dengan
selesainya makalah ini, pembaca diharapkan mampu memahami tentang
inflasi dan sebagai salah satu bagian dari laju pertumbuhan ekonomi
dalam kehidupan ekonomi manusia. selain itu, setelah pembaca mampu
memahami, pembaca juga diharapkan mampu menerapkan pemahamannya tentang
inflasi dalam kehidupan ekonomi sehari-hari.
Lahat, Oktober 2012
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………..................................
DAFTAR ISI..............................................................
BAB. I. PENDAHULUAN ……….............................
1.1. Latar Belakang........................................................
BAB. II. INFLASI…......................................................
2.1 Pengertian Inflasi........................................................
2.2 Penggolongan Inflasi..................................................
2.3Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi...................
2.4 Efek yang Ditimbulkan darai Inflasi..............................
2.4 Cara Mencegah Inflasi...............................................
2.5Cara Mengatasi Inflasi................................................
2.6 Peran Bank Sentral ...................................................
BAB. III. PENUTUP.......................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................
3.2 Saran...........................................................................
3.3.Daftar Pustaka..............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Inflasi
di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini
dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan
produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan
ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan
datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil
dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim
pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada
kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa
akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam
menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa
menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi
satu digit atau inflasi moderat.
Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli ekonomi Islam modern, seperti Ahmad Hasan, Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo, yang menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan dirham sebagai
jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia
ekonomi modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam mulia dînâr dan dirham dapat
menjamin keamanan transaksi karena keduanya memberikan keseimbangan
nilai terhadap setiap komoditas yang ditransaksikan. Gagasan ini
memberikan akses terwujudnya ekonomi makro yang kuat dengan dukungan
penuh mata uang yang berbasis kekuatan riil materialnya. Terjadinya
inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak, suku bunga
riil, pendapatan masyarakat akan terganggu, mendorong investasi yang
keliru, dan menurunkan moral. Maka dari itu, mengatasi inflasi merupakan
sasaran utama kebijakan moneter.
Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan ekonomi, inflasi merupakan
salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para ekonom,
pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan
kebijakan dikembangkan supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai dengan
yang diinginkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud inflasi?
2. Penggolongan Inflasi
3. Faktor-faktor penyebab timbulnya inflasi di Indonesia ?
4. Apahkah dampak yang ditimbulkan dari inflasi?
5. langkah-langkah apa saja yang harus di ambil untuk mencegah terjadinya inflasi?
6. Bagaimana cara mengatasi inflasi?
7. Peran Bank Sentral terhadap inflasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inflasi
1. Kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan secara terus-menerus. (Boediono, 1985: 161)
2. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus selama periode tertentu. (Nopirin, 1990: 25)
3. Suatu keadaan dimana terjadi senantiasa turunnya nilai uang. (Mannullang, 1993: 83)
4. Inflasi
terjadi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik, harga
beras, bahan bakar, harga mobil naik, tingkat upah, harga tanah, dan
semua barang-barang modal naik. (Samuelson dan Nordhaus, 1993: 293)
Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Inflasi
adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-menerus yang bersumber
dari terganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang. Dari
pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan
suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi
secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu
tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan
harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi
lagi harga barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan
penyimpangan – penyimpangan yang menyebabkan terjadinya inflasi
tersebut.
Perlu diingat bahwa kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi.
B. Penggolongan Inflasi
1. Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi
·Inflasi Ringan (Di bawah 10% setahun)
·Inflasi Sedang
·Inflasi Berat ( antara 50-100% setahun)
·Hiper Inflasi (di atas 100% setahun)
Laju
inflasi dapat berbeda antar asatu Negara dengan Negara lainnya atau
dalam satu Negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju
inflasi maka Inflasi dapat di bagi ke dalam tiga kategori yaitu :
-Inflasi merayap (creeping Inflation)
Di
tandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun).
Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil
serta dalam jangka yang relatif lama.
-Inflasi Menengah (galloping Inflation)
Ditandai
dengan laju inflasi yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek
serta mempunyai sifat akselerasi (harga dalam waktu mingguan atau
bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih besar daripada inflasi yang
merayap (creeping inflation)
-Inflasi tinggi (Hyper inflation)
Merupakan
inflasi yang paling parah akibatnya harga-harga naik sampai 5 atau 6
kali lipat. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang
sebab nilai uang merosot dengan tajam sehingga perputaran uang semakin
cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul
apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan
dan ditutupi dengan mencetak uang.
2. Berdasar Sebab musabab awal dari Inflasi
· Demand Inflation, karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat
· Cost Inflation, karena kenaikan biaya produksi
a. Inflasi permintaan (Demand Inflasi)
yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang bertambah
terlalu kuat akibat tingkat harga umum naik (misalnya karena
bertambahnya pengeluaran perusahaan).
b. Inflasi biaya (cost-Push inflation)
Inflasi
jenis ini timbul karena kenaikan ongkos produksi. Inflasi ini dikenal
dengan istilah cost-push inflation atau supply inflation. Untuk lebih
jelasnya simak baik-baik kurva di atas. Apabila ongkos produksi ini
misalnya disebabkan kenaikan harga alat-alat produksi yang didatangkan
dari luar negeri atau kenaikan bahan mentah maupun bahan baku.
Kedua
mmacam inflasi yang telah dijelaskan di atas jarang sekali di jumpai
dalam praktik sehari-hari. Pada umumnya, inflasi yang terjadi di
berbagai negara merupakan campuran dari kedua macam inflasi tersebut.
Inflasi campuran merupakan campuran antara inflasi permintaan
(demand-pull inflation) dan inflasi biaya (cost-push inflation).
2. Berdasar asal dari inflasi
·Domestic Inflation, Inflasi yang berasal dari dalam negeri
Domestic Inflation
(inflasi domestik) adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri
(domestik). Kenaikan harga disebabkan karena adanya perilaku masyarakat
maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan.
Kenaikan harga-harga tejadi secara absolut yang berdampak terjadinya
inflasi atau semakin meningkatnya angka (laju) inflasi.
·Imported Inflation, Inflasi yang berasal dari luar negeri
Imported Inflation
adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh
kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri terjadi
karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri terutama
barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum
dapat diproduksi di dalam negeri. Kenaikan Indeks Harga Luar Negeri
(IHLN) akan mengakibatkan kenaikan pada Indeks Harga Umum (IHU) dan
Indeks Harga Dalam Negeri (IHDN) yang secara otomatis ikut mempengaruhi
laju pertumbuhan inflasi di dalam negeri.
C. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi
1. Jumlah uang beredar
Menurut
sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah faktor utama
yang di tuding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap Negara
berkembang, tidak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang
beredar ini lebih banyak diterjemahkan dalam konsep narrow money (MI).
Hal ini terjadi karena masih adanya tanggapan, bahwa uang dikuasai hanya
merupakan bagian dari likuiditasi perbankan. Sejak tahun 1976
presentase uang kuartal yang beredar (48,7%) lebih kecil daripada
presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%).sehingga
mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter
Indonesia juga mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses
pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya
moneterisasi dalam kegiatan perekonomian subsisten, akibatnya memberikan
kecenderungan meningkatnya laju inflasi. Menurut data yang dihimpun
dalam Laporan Bank Dunia menunjukan laju pertumbuhan rata-rata jumlah
uang beredar di Indonesia pada periode tahun 1980-1992 relatif tinggi
jika dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainnya (kecuali
Filipina).kenaikan jumlah uang beredar di Indonesia pada tahun 1970-an
sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit
likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini
dapat merupakan efek langsung dari kebijakan Bank Indonesia dalam sector
keuangan (terutama dalam hal penurunan reserve requirement)
2. Defisit Anggaran Belanja Pemerintah
Seperti
halnya yang umum terjadi pada Negara berkembang, anggaran belanja
pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun
Indonesia menganut prinsip anggaran berimbang. Defisitnya anggaran
belanja ini banyak sekali disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut
keterangan struktural ekonomi Indonesia, yang acap kali menimbulkan
kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun. Selama
pemerintahan Orde lama defisit anggaran belanja ini acapkali di biaya
dari dalam negeri dengan cara melakukan pencetakan uang baru, mengingat
orientasi kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang inward looking policy,
sehingga menyebabkan tekanan inflasi yang hebat, tetapi sejak era Orde
Baru, defisit anggaran belanja ini di tutup dengan pinjaman luar negeri
yang nampaknya relatif aman terhadap tekanan inflasi.
Dalam
era pemerintahan Orde baru, kebutuhan terhadap percepatan pertumbuhan
ekonomi yang telah dicanangkan sejak Pembangunan Jangka Panjang,
menyebabkan kebutuhan dana untuk melakukan pembangunan sangat besar.
Dengan mengingat bahwa potensi mobilisasi dana pembangunan dari
masyarakat (baik dari sektor tabungan masyarakat maupun pendapatan
pajak) di dalam negeri pada saat itu yang sangat terbatas (belum
berkembang), juga kemampuan sector swasta yang terbatas dalam melakukan
pembangunan, menyebabkan pemerintah harus berperan sebagai motor
pembangunan. Hal ini menyebabkan pos pengeluaran APBN menjadi lebih
besar daripada penerimaan rutin. Artinya, peran pengeluaran pemerintah
dalam investasi tidak dapat di imbangi dengan penerimaan, sehingga
menimbulkan kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan Negara, atau
dapat dikatakan telah defisit struktural dalam keuangan Negara.
Pada
saat terjadinya oil booming, era tahun 70-an, pendapatan pemerintah di
sector migas meningkat pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin
meningkat. Hal ini menyebabkan kemampuan pemerintah untuk berekspansi
investasi di dalam negeri semakin meningkat. Dengan kondisi tingkat
pertumbuhan produksi domestic yang relatif lebih lamban akibat kapasitas
produksi nasional yang masih berada dalam keadaan under-employment,
peningkatan permintaan (investasi) pemerintah menyebabkan terjadi
relokasi sumberdaya dari masyarakat ke pemerintah, seperti yang
terkonsep dalam analisis Keynes tentang inflasi. Hal inilah yang
menyebabkan timbulnya tekanan inflasi. Tetapi, sejak berubahnya
orientasi ekspor Indonesia ke komoditi non migas, sejalan dengan
merosotnya harga minyak bumi di pasar ekspor (sejak 1982), menyebabkan
kemampuan pemerinntah untuk membiayai pembangunan nasional semakin
berkurang pula, sehingga pemerintah tidak dapat lagi mempertahankan
posisinya sebagai penggerak (motor) pembangunan. Dengan kondisi seperti
ini, menyebabkan secara bertahap peran sebagai penggerak utama
pembangunan nasional, dengan demikian sumber tekanan inflasi pun beralih
dari pemerintah ke non pemerintah (swasta). Tekanan inflasi pada
periode ini lebih di sebabkan oleh meningkatnya tingkat agresifitas
sektor swasta dalam melakukan ekspansi usaha, yang didukung oleh
perkembangan sektor perbankan yang semakin ekspansif pula. Dengan
kondisi sumberdaya modal domestic yang masih saja relatif terbatas, maka
pinjaman luar negeri yang sifatnya komersial maupun non komersial pun
semakin meningkat. Peran pemerintah ini dapat dimaklumi karena kemampuan
swasta nasional dalam pembangunan infrastruktur ekonomi masih sangat
terbatas.
Penyebab Inflasi, dapat dibagi menjadi :
1. Demand Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang melebihi kenaikan penawaran agregat
2. Supply Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan penawaran agregat yang melebihi permintaan agregat
3. Demand Supply Inflation,
yaiti inflasi yang disebabkan oleh kombinasi antara kenaikan permintaan
agregat yang kemudian diikuti oleh kenaikan penawaran agregat,sehingga
harga menjadi meningkat lebih tinggi
4. Supressed Inflation atau Inflasi yang ditutup-tutupi,
yaitu inflasi yang pada suatu waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya
karena harga-harga resmi semakin tidak relevan dalam kenyataan.
D. Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1. Efek terhadap pendapatan (Equity Effect)
Efek
terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi
ada pula yang di untungkan dengan adanya Inflasi. Seseorang yang
memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya
seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun
sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan
pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp.50.000,00
2. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi
dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini
dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang
yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi
menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effect)
Dalam
menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effect) digunakan
suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat
diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari
jumlah output tertentu tersebut.
4. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi.
Inflasi
yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakan perkembangan ekonomi.
Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat
tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan
uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan
pembeli harta-harta tetap setiap tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena
pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat
seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan
ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan
terwujud.
5. Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
Disamping
menimbulkan efek buruk di atas kegiatan ekonomi Negara, inflasi juga
akan menimbulkan efek-efek berikut kepada individu masyarakat :
a. Inflasi akan menimbulkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c. Memperburuk pembagian kekayaan.
E. Cara Mencegah Inflasi
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan
ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur
jumlah uang yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang
dimiliki oleh bank sentral. Melalui instrument ini diharapkan peredaran
uang dapat diatur dan inflasi dapat di kendalikan sesuai dengan yang
telah ditargetkan sebelumnya. Terdapat tiga kebijakan yang dapat di
tempuh bank sentral dalam mengatur inflasi :
a. Kebijakan Diskonto.
Kebijakan diskonto (discount policy)
adalah kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uanng dengan
jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Kaitannya dengan bank
syari'ah yaitu dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat nisbah bagi
hasil.
b. Operasi Pasar Terbuka.
Yaitu dengan jalan membeli dan menjual surat-surat berharga.
c. Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy).
Yaitu
kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan
menaikkan dan menurunkan presentasi persediaan kas dari bank.
2. kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan
fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serrta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output.
Kenaikan
Output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat
dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga
impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam
negeri cenderung menurunkan harga.
4. kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing.
Ini
dilakukan dengan penentuam ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks
harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah
secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji/upah juga
dinaikan.
5. Kebijakan Lain
1. Peningkatan Produksi.
Meski
jumlah uang beredar bertambah jika di iringi dengan peningkatan
produksi, maka tidak akan menyebabkan inflasi. Bahkan hal ini
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan ekonomi.
2. Kebijakan Upah.
Inflasi dapat diatasi dengan menurunkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) masyarakat.
3. Pengawasan Harga.
Kecenderungan dinaikkannya harga oleh pengusaha dapat diatasi dengan adanya pengawasan harga pasar.
6. Perbaikan Prilaku Masyarakat
Dalam
mengatasi inflasi, selain kebijakan-kebijakan di atas perlu adanya
perbaikan prilaku masyarakat. Sesungguhnya stabilitas nilai mata uang
tidak didasarkan kepada zat mata uang, sehingga berefek pada tindakan
revolusioner yang mengubah seluruh zat mata uang dari kertas ke logam
mulia emas dan perak, melainkan dengan perbaikan perilaku ekonomi
manusia yang berada di sekitar mata uang tersebut.
Ciri kerusakan mata uang dînâr-dirham dan mata uang kertas adalah sama, yakni sama-sama diakibatkan oleh perilaku ekonomi yang destruktif. Mata uang dînâr-dirham pernah
rusak karena penimbunan dan pemalsuan, sedangkan mata uang kertas
pernah rusak karena pembungaan dan spekulasi. Krisis moneter di akhir
tahun sembilan puluhan dan krisis global yang terjadi baru-baru ini,
bersumber dari pembungaan dan spekulasi tersebut.
Sedangkan menurut M. Hatta[2] setidaknya
ada tujuh kebijakan moneter Islam yang dapat mengendalikan inflasi baik
secara langsung maupun tidak langsung, yaitu: Dinar dan dirham sebagai
mata uang, hukum jual beli mata uang asing, hukum pertukaran mata uang,
hukum bunga, hukum pasar modal, hukum perbankan, hukum pertukaran
internasional, dan otoritas kebijakan moneter
F. Cara Mengatasi Inflasi
Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
1. Peningkatan tingkat suku bunga
2. Penjualan surat berharga
3. Peningkatan cadangan Kas
4. Pengetatan pemberian kredit
Dalam
pemulihan makro ekonomi, tim ekonomi pemerintah harus mampu menciptakan
kestabilan makro ekonomi, dengan menekan inflation rate menjadi single
digit, sekitar 8%. Makro ekonomi yang menyangkut tiga komponen yaitu
interest rate, inflation rate dan exchange rate, yang semuanya saling
tergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain. Di sisi lain, dengan
diturunkannya BI rate, hal tersebut berpengaruh pada turunnya suku bunga
perbankan dan akan mendorong investor menanamkan investasi lebih
banyak. Aktivitas perekonomian terus berputar. Dengan demikian akan
mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar secara bertahap,
sehingga pendapatan masyarakat akan ikut naik. Dalam rangka menungkatkan
iklim investasi secara nasional guna menanggulangi dan meningkatkan di
sektor riil.
G. Peran Bank Sentral
Bank
sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank
sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi
pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki
kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh
diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal
ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang
kurang independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah
yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong
perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank
sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku
bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank
sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang
domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat
bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal
(kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank
sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun simpulan dari penjelasan mengenai Inflasi tersebut di atas adalah :
1.
inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga
barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi
tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara
bahkan dunia
2. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi yaitu: Jumlah uang beredar, defisit anggaran belanja pemerintah
3. Efek yang ditimbulkan dari Inflasi yaitu: 1 Efek terhadap pendapatan (Equity Effect), 2 Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect), 3 Efek terhadap Output (Output Effect), 4 Inflasi dan Perkembanngan Ekonomi, 5 Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
4. Cara mencegah Inflasi yaitu: Kebijakan
moneter, kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan yang berkaitan dengan
Output, kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing, kebijakan lain,
perbaikan prilaku masyarakat.
5. Cara mengatasi Inflasi
Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
1. Peningkatan tingkat suku bunga.
2. Penjualan surat berharga.
3. Peningkatan cadangan Kas.
4. Pengetatan pemberian kredit.
6. Peranan Bank Sentral
bank
sentral berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang
domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat
bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal
(kurs).
Saran
Mungkin
inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan
ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini.
Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia
yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’
wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami
juga mengucapkan terima kasih atas dosen Pembina kami MARKUS,SE,MM yang telah memberi kami tugas kelompok demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hasan. 2006. Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami. Jakarta: Rajawali Pers.
Ahmad, Mustaq. Dr. 2003. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Qardawi, Yusuf. 1997. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta: Rabbani Press.
Hasannudin, Drs., MA. 2008. Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Lembaga Pengesahan FIDKOM.
Herlambang, Tedy dkk. 2006. Teori Ekonomi dan Kebijakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
M. Umar Capra. Dr. 2000. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema insani Press.
Toni Hartono. Dr. 2006. Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Ekonomi Indonesia. Bandung: PT remaja Rosdakarya.
Sjahrir. 1999. Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat. Jakarta: Erlangga.KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah
ini sebagai tugas dari dosen mata kuliah Teori Ekonomi kami. Selain itu,
makalah ini dibuat agar kiranya dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran lebih lanjut mengenai Inflasi. Makalah ini disusun
berdasarkan kepentingan-kepentingan dan pembahasan pokok terkait dengan
Inflasi.
Dengan
selesainya makalah ini, pembaca diharapkan mampu memahami tentang
inflasi dan sebagai salah satu bagian dari laju pertumbuhan ekonomi
dalam kehidupan ekonomi manusia. selain itu, setelah pembaca mampu
memahami, pembaca juga diharapkan mampu menerapkan pemahamannya tentang
inflasi dalam kehidupan ekonomi sehari-hari.
Lahat, Oktober 2012
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……….......................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB. I. PENDAHULUAN ………............................................................I-1
1.1. Latar Belakang...................................................................................I-1
BAB. II. INFLASI…....................................................................................II-1
2.1 Pengertian Inflasi................................................................................II-2
2.2 Penggolongan Inflasi..........................................................................II-3
2.3Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi.........................................II-4
2.4 Efek yang Ditimbulkan darai Inflasi...................................................II-5
2.4 Cara Mencegah Inflasi........................................................................II-6
2.5Cara Mengatasi Inflasi.........................................................................II-7
2.6 Peran Bank Sentral ............................................................................II-8
BAB. III. PENUTUP....................................................................................III-1
3.1 Kesimpulan..........................................................................................III-2
3.2 Saran....................................................................................................III-3
3.3.Daftar Pustaka.....................................................................................III-4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Inflasi
di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini
dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan
produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan
ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan
datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil
dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim
pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada
kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa
akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam
menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa
menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi
satu digit atau inflasi moderat.
Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli ekonomi Islam modern, seperti Ahmad Hasan, Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo, yang menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan dirham sebagai
jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia
ekonomi modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam mulia dînâr dan dirham dapat
menjamin keamanan transaksi karena keduanya memberikan keseimbangan
nilai terhadap setiap komoditas yang ditransaksikan. Gagasan ini
memberikan akses terwujudnya ekonomi makro yang kuat dengan dukungan
penuh mata uang yang berbasis kekuatan riil materialnya. Terjadinya
inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak, suku bunga
riil, pendapatan masyarakat akan terganggu, mendorong investasi yang
keliru, dan menurunkan moral. Maka dari itu, mengatasi inflasi merupakan
sasaran utama kebijakan moneter.
Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan ekonomi, inflasi merupakan
salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para ekonom,
pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan
kebijakan dikembangkan supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai dengan
yang diinginkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud inflasi?
2. Penggolongan Inflasi
3. Faktor-faktor penyebab timbulnya inflasi di Indonesia ?
4. Apahkah dampak yang ditimbulkan dari inflasi?
5. langkah-langkah apa saja yang harus di ambil untuk mencegah terjadinya inflasi?
6. Bagaimana cara mengatasi inflasi?
7. Peran Bank Sentral terhadap inflasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inflasi
1. Kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan secara terus-menerus. (Boediono, 1985: 161)
2. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus selama periode tertentu. (Nopirin, 1990: 25)
3. Suatu keadaan dimana terjadi senantiasa turunnya nilai uang. (Mannullang, 1993: 83)
4. Inflasi
terjadi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik, harga
beras, bahan bakar, harga mobil naik, tingkat upah, harga tanah, dan
semua barang-barang modal naik. (Samuelson dan Nordhaus, 1993: 293)
Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Inflasi
adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-menerus yang bersumber
dari terganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang. Dari
pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan
suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi
secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu
tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan
harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi
lagi harga barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan
penyimpangan – penyimpangan yang menyebabkan terjadinya inflasi
tersebut.
Perlu diingat bahwa kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi.
B. Penggolongan Inflasi
1. Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi
·Inflasi Ringan (Di bawah 10% setahun)
·Inflasi Sedang
·Inflasi Berat ( antara 50-100% setahun)
·Hiper Inflasi (di atas 100% setahun)
Laju
inflasi dapat berbeda antar asatu Negara dengan Negara lainnya atau
dalam satu Negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju
inflasi maka Inflasi dapat di bagi ke dalam tiga kategori yaitu :
-Inflasi merayap (creeping Inflation)
Di
tandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun).
Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil
serta dalam jangka yang relatif lama.
-Inflasi Menengah (galloping Inflation)
Ditandai
dengan laju inflasi yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek
serta mempunyai sifat akselerasi (harga dalam waktu mingguan atau
bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih besar daripada inflasi yang
merayap (creeping inflation)
-Inflasi tinggi (Hyper inflation)
Merupakan
inflasi yang paling parah akibatnya harga-harga naik sampai 5 atau 6
kali lipat. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang
sebab nilai uang merosot dengan tajam sehingga perputaran uang semakin
cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul
apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan
dan ditutupi dengan mencetak uang.
2. Berdasar Sebab musabab awal dari Inflasi
· Demand Inflation, karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat
· Cost Inflation, karena kenaikan biaya produksi
a. Inflasi permintaan (Demand Inflasi)
yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang bertambah
terlalu kuat akibat tingkat harga umum naik (misalnya karena
bertambahnya pengeluaran perusahaan).
b. Inflasi biaya (cost-Push inflation)
Inflasi
jenis ini timbul karena kenaikan ongkos produksi. Inflasi ini dikenal
dengan istilah cost-push inflation atau supply inflation. Untuk lebih
jelasnya simak baik-baik kurva di atas. Apabila ongkos produksi ini
misalnya disebabkan kenaikan harga alat-alat produksi yang didatangkan
dari luar negeri atau kenaikan bahan mentah maupun bahan baku.
Kedua
mmacam inflasi yang telah dijelaskan di atas jarang sekali di jumpai
dalam praktik sehari-hari. Pada umumnya, inflasi yang terjadi di
berbagai negara merupakan campuran dari kedua macam inflasi tersebut.
Inflasi campuran merupakan campuran antara inflasi permintaan
(demand-pull inflation) dan inflasi biaya (cost-push inflation).
2. Berdasar asal dari inflasi
·Domestic Inflation, Inflasi yang berasal dari dalam negeri
Domestic Inflation
(inflasi domestik) adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri
(domestik). Kenaikan harga disebabkan karena adanya perilaku masyarakat
maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan.
Kenaikan harga-harga tejadi secara absolut yang berdampak terjadinya
inflasi atau semakin meningkatnya angka (laju) inflasi.
·Imported Inflation, Inflasi yang berasal dari luar negeri
Imported Inflation
adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh
kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri terjadi
karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri terutama
barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum
dapat diproduksi di dalam negeri. Kenaikan Indeks Harga Luar Negeri
(IHLN) akan mengakibatkan kenaikan pada Indeks Harga Umum (IHU) dan
Indeks Harga Dalam Negeri (IHDN) yang secara otomatis ikut mempengaruhi
laju pertumbuhan inflasi di dalam negeri.
C. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi
1. Jumlah uang beredar
Menurut
sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah faktor utama
yang di tuding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap Negara
berkembang, tidak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang
beredar ini lebih banyak diterjemahkan dalam konsep narrow money (MI).
Hal ini terjadi karena masih adanya tanggapan, bahwa uang dikuasai hanya
merupakan bagian dari likuiditasi perbankan. Sejak tahun 1976
presentase uang kuartal yang beredar (48,7%) lebih kecil daripada
presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%).sehingga
mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter
Indonesia juga mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses
pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya
moneterisasi dalam kegiatan perekonomian subsisten, akibatnya memberikan
kecenderungan meningkatnya laju inflasi. Menurut data yang dihimpun
dalam Laporan Bank Dunia menunjukan laju pertumbuhan rata-rata jumlah
uang beredar di Indonesia pada periode tahun 1980-1992 relatif tinggi
jika dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainnya (kecuali
Filipina).kenaikan jumlah uang beredar di Indonesia pada tahun 1970-an
sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit
likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini
dapat merupakan efek langsung dari kebijakan Bank Indonesia dalam sector
keuangan (terutama dalam hal penurunan reserve requirement)
2. Defisit Anggaran Belanja Pemerintah
Seperti
halnya yang umum terjadi pada Negara berkembang, anggaran belanja
pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun
Indonesia menganut prinsip anggaran berimbang. Defisitnya anggaran
belanja ini banyak sekali disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut
keterangan struktural ekonomi Indonesia, yang acap kali menimbulkan
kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun. Selama
pemerintahan Orde lama defisit anggaran belanja ini acapkali di biaya
dari dalam negeri dengan cara melakukan pencetakan uang baru, mengingat
orientasi kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang inward looking policy,
sehingga menyebabkan tekanan inflasi yang hebat, tetapi sejak era Orde
Baru, defisit anggaran belanja ini di tutup dengan pinjaman luar negeri
yang nampaknya relatif aman terhadap tekanan inflasi.
Dalam
era pemerintahan Orde baru, kebutuhan terhadap percepatan pertumbuhan
ekonomi yang telah dicanangkan sejak Pembangunan Jangka Panjang,
menyebabkan kebutuhan dana untuk melakukan pembangunan sangat besar.
Dengan mengingat bahwa potensi mobilisasi dana pembangunan dari
masyarakat (baik dari sektor tabungan masyarakat maupun pendapatan
pajak) di dalam negeri pada saat itu yang sangat terbatas (belum
berkembang), juga kemampuan sector swasta yang terbatas dalam melakukan
pembangunan, menyebabkan pemerintah harus berperan sebagai motor
pembangunan. Hal ini menyebabkan pos pengeluaran APBN menjadi lebih
besar daripada penerimaan rutin. Artinya, peran pengeluaran pemerintah
dalam investasi tidak dapat di imbangi dengan penerimaan, sehingga
menimbulkan kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan Negara, atau
dapat dikatakan telah defisit struktural dalam keuangan Negara.
Pada
saat terjadinya oil booming, era tahun 70-an, pendapatan pemerintah di
sector migas meningkat pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin
meningkat. Hal ini menyebabkan kemampuan pemerintah untuk berekspansi
investasi di dalam negeri semakin meningkat. Dengan kondisi tingkat
pertumbuhan produksi domestic yang relatif lebih lamban akibat kapasitas
produksi nasional yang masih berada dalam keadaan under-employment,
peningkatan permintaan (investasi) pemerintah menyebabkan terjadi
relokasi sumberdaya dari masyarakat ke pemerintah, seperti yang
terkonsep dalam analisis Keynes tentang inflasi. Hal inilah yang
menyebabkan timbulnya tekanan inflasi. Tetapi, sejak berubahnya
orientasi ekspor Indonesia ke komoditi non migas, sejalan dengan
merosotnya harga minyak bumi di pasar ekspor (sejak 1982), menyebabkan
kemampuan pemerinntah untuk membiayai pembangunan nasional semakin
berkurang pula, sehingga pemerintah tidak dapat lagi mempertahankan
posisinya sebagai penggerak (motor) pembangunan. Dengan kondisi seperti
ini, menyebabkan secara bertahap peran sebagai penggerak utama
pembangunan nasional, dengan demikian sumber tekanan inflasi pun beralih
dari pemerintah ke non pemerintah (swasta). Tekanan inflasi pada
periode ini lebih di sebabkan oleh meningkatnya tingkat agresifitas
sektor swasta dalam melakukan ekspansi usaha, yang didukung oleh
perkembangan sektor perbankan yang semakin ekspansif pula. Dengan
kondisi sumberdaya modal domestic yang masih saja relatif terbatas, maka
pinjaman luar negeri yang sifatnya komersial maupun non komersial pun
semakin meningkat. Peran pemerintah ini dapat dimaklumi karena kemampuan
swasta nasional dalam pembangunan infrastruktur ekonomi masih sangat
terbatas.
Penyebab Inflasi, dapat dibagi menjadi :
1. Demand Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang melebihi kenaikan penawaran agregat
2. Supply Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan penawaran agregat yang melebihi permintaan agregat
3. Demand Supply Inflation,
yaiti inflasi yang disebabkan oleh kombinasi antara kenaikan permintaan
agregat yang kemudian diikuti oleh kenaikan penawaran agregat,sehingga
harga menjadi meningkat lebih tinggi
4. Supressed Inflation atau Inflasi yang ditutup-tutupi,
yaitu inflasi yang pada suatu waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya
karena harga-harga resmi semakin tidak relevan dalam kenyataan.
D. Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1. Efek terhadap pendapatan (Equity Effect)
Efek
terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi
ada pula yang di untungkan dengan adanya Inflasi. Seseorang yang
memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya
seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun
sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan
pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp.50.000,00
2. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi
dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini
dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang
yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi
menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effect)
Dalam
menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effect) digunakan
suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat
diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari
jumlah output tertentu tersebut.
4. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi.
Inflasi
yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakan perkembangan ekonomi.
Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat
tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan
uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan
pembeli harta-harta tetap setiap tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena
pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat
seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan
ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan
terwujud.
5. Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
Disamping
menimbulkan efek buruk di atas kegiatan ekonomi Negara, inflasi juga
akan menimbulkan efek-efek berikut kepada individu masyarakat :
a. Inflasi akan menimbulkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c. Memperburuk pembagian kekayaan.
E. Cara Mencegah Inflasi
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan
ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur
jumlah uang yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang
dimiliki oleh bank sentral. Melalui instrument ini diharapkan peredaran
uang dapat diatur dan inflasi dapat di kendalikan sesuai dengan yang
telah ditargetkan sebelumnya. Terdapat tiga kebijakan yang dapat di
tempuh bank sentral dalam mengatur inflasi :
a. Kebijakan Diskonto.
Kebijakan diskonto (discount policy)
adalah kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uanng dengan
jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Kaitannya dengan bank
syari'ah yaitu dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat nisbah bagi
hasil.
b. Operasi Pasar Terbuka.
Yaitu dengan jalan membeli dan menjual surat-surat berharga.
c. Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy).
Yaitu
kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan
menaikkan dan menurunkan presentasi persediaan kas dari bank.
2. kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan
fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serrta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output.
Kenaikan
Output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat
dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga
impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam
negeri cenderung menurunkan harga.
4. kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing.
Ini
dilakukan dengan penentuam ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks
harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah
secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji/upah juga
dinaikan.
5. Kebijakan Lain
1. Peningkatan Produksi.
Meski
jumlah uang beredar bertambah jika di iringi dengan peningkatan
produksi, maka tidak akan menyebabkan inflasi. Bahkan hal ini
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan ekonomi.
2. Kebijakan Upah.
Inflasi dapat diatasi dengan menurunkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) masyarakat.
3. Pengawasan Harga.
Kecenderungan dinaikkannya harga oleh pengusaha dapat diatasi dengan adanya pengawasan harga pasar.
6. Perbaikan Prilaku Masyarakat
Dalam
mengatasi inflasi, selain kebijakan-kebijakan di atas perlu adanya
perbaikan prilaku masyarakat. Sesungguhnya stabilitas nilai mata uang
tidak didasarkan kepada zat mata uang, sehingga berefek pada tindakan
revolusioner yang mengubah seluruh zat mata uang dari kertas ke logam
mulia emas dan perak, melainkan dengan perbaikan perilaku ekonomi
manusia yang berada di sekitar mata uang tersebut.
Ciri kerusakan mata uang dînâr-dirham dan mata uang kertas adalah sama, yakni sama-sama diakibatkan oleh perilaku ekonomi yang destruktif. Mata uang dînâr-dirham pernah
rusak karena penimbunan dan pemalsuan, sedangkan mata uang kertas
pernah rusak karena pembungaan dan spekulasi. Krisis moneter di akhir
tahun sembilan puluhan dan krisis global yang terjadi baru-baru ini,
bersumber dari pembungaan dan spekulasi tersebut.
Sedangkan menurut M. Hatta[2] setidaknya
ada tujuh kebijakan moneter Islam yang dapat mengendalikan inflasi baik
secara langsung maupun tidak langsung, yaitu: Dinar dan dirham sebagai
mata uang, hukum jual beli mata uang asing, hukum pertukaran mata uang,
hukum bunga, hukum pasar modal, hukum perbankan, hukum pertukaran
internasional, dan otoritas kebijakan moneter
F. Cara Mengatasi Inflasi
Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
1. Peningkatan tingkat suku bunga
2. Penjualan surat berharga
3. Peningkatan cadangan Kas
4. Pengetatan pemberian kredit
Dalam
pemulihan makro ekonomi, tim ekonomi pemerintah harus mampu menciptakan
kestabilan makro ekonomi, dengan menekan inflation rate menjadi single
digit, sekitar 8%. Makro ekonomi yang menyangkut tiga komponen yaitu
interest rate, inflation rate dan exchange rate, yang semuanya saling
tergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain. Di sisi lain, dengan
diturunkannya BI rate, hal tersebut berpengaruh pada turunnya suku bunga
perbankan dan akan mendorong investor menanamkan investasi lebih
banyak. Aktivitas perekonomian terus berputar. Dengan demikian akan
mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar secara bertahap,
sehingga pendapatan masyarakat akan ikut naik. Dalam rangka menungkatkan
iklim investasi secara nasional guna menanggulangi dan meningkatkan di
sektor riil.
G. Peran Bank Sentral
Bank
sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank
sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi
pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki
kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh
diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal
ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang
kurang independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah
yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong
perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank
sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku
bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank
sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang
domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat
bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal
(kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank
sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun simpulan dari penjelasan mengenai Inflasi tersebut di atas adalah :
1.
inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga
barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi
tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara
bahkan dunia
2. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi yaitu: Jumlah uang beredar, defisit anggaran belanja pemerintah
3. Efek yang ditimbulkan dari Inflasi yaitu: 1 Efek terhadap pendapatan (Equity Effect), 2 Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect), 3 Efek terhadap Output (Output Effect), 4 Inflasi dan Perkembanngan Ekonomi, 5 Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
4. Cara mencegah Inflasi yaitu: Kebijakan
moneter, kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan yang berkaitan dengan
Output, kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing, kebijakan lain,
perbaikan prilaku masyarakat.
5. Cara mengatasi Inflasi
Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
1. Peningkatan tingkat suku bunga.
2. Penjualan surat berharga.
3. Peningkatan cadangan Kas.
4. Pengetatan pemberian kredit.
6. Peranan Bank Sentral
bank
sentral berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang
domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat
bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal
(kurs).
Saran
Mungkin
inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan
ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini.
Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia
yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’
wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami
juga mengucapkan terima kasih atas dosen Pembina kami MARKUS,SE,MM yang telah memberi kami tugas kelompok demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hasan. 2006. Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami. Jakarta: Rajawali Pers.
Ahmad, Mustaq. Dr. 2003. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Qardawi, Yusuf. 1997. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta: Rabbani Press.
Hasannudin, Drs., MA. 2008. Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Lembaga Pengesahan FIDKOM.
Herlambang, Tedy dkk. 2006. Teori Ekonomi dan Kebijakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
M. Umar Capra. Dr. 2000. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema insani Press.
Toni Hartono. Dr. 2006. Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Ekonomi Indonesia. Bandung: PT remaja Rosdakarya.
Sjahrir. 1999. Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat. Jakarta: Erlangga.