MAKALAH KEANEKARAGAMAN HAYATI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Keanekaragaman Hayati“. Dalam penulisan makalah ini kami pun
mendapat banyak ilmu yang berguna, bagi diri sendiri dan pembaca untuk
kedepannya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu pengetahuan tentang Keanekaragaman Hayati, selain itu juga
dengan adanya makalah ini diharapkan bagi pembaca agar dapat mengembangkannya
lagi. Makalah yang kami buat ini, kami ambil dari beberapa sumber. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang ikut ambil alih sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, dan khususnya pada diri saya sendiri
serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi kita semua.
Penulis menyadari makalah yang kami
buat ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami
mohon untuk saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah yang kami buat ini
Palangka Raya, Februari 2013
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman hayati atau
biodiversitas adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk
kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya.
Keanekaragaman hayati adalah
keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies
dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati,
yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan
atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar
relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah
konsep Keanekaragaman Hayati ?
2. Keanekaragaman
Flora di Indonesia ?
3. Keanekaragaman
Fauna di Indonesia ?
4. Tipe-Tipe
Ekosistem ?
5. Apa saja Manfaat dan nilai yang terkandung dalam
keanekaragaman hayati
?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui
konsep Keanekaragaman Hayati.
2. Agar dapat
mengetahui Keanekaragaman Flora di Indonesia.
3. Agar
dapat mengetahui Keanekaragaman Fauna di Indonesia.
4. gar dapat
mengetahui Tipe-tipe Ekosistem.
5. Agar dapat
mengetahui Manfaat dan nilai yang
terkandung dalam keanekaragaman hayati
D. Manfaat
Dengan penulisan makalah ini,
kita dapat mengetahui lebih banyak tentang Keaneragaman Hayati.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman adalah semua kumpulan benda yang
bermacam-macam, baik ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Hayati
yaitu menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati menggambarkan
bermacam-macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer. Keanekaragaman
hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman
dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran,
bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup
yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu
daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan
faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya
terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil
pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal
seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor
lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat
berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu
merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya Keanekaragaman
hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme
tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel
satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu
sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
B. Keaneragaman Flora Di Indonesia
Semua Kehidupan di bumi tergantung
dari tumbuhan. Manusia makan banyak jenis-jenis tumbuhan, sebagian besar hewan
yang ada di bumi ini juga makan tumbuhan, baik langsung maupun tidak langsung.
Tumbuhan sendiri dapat membuat makanannya sendiri, yaitu melalui proses
fotosintesis (memasak di daun). Dengan menggunakan udara dan tenaga sinar matahari
tumbuhan menghasilkan gula yang kemudian disimpannya dalam berbagai tempat,
seperti di daun, batang , akar, buah, dll.
Kawasan Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda
merupakan hutan alam sekunder dan hutan tanaman yang mempunyai potensi flora
cukup variatif, terdirii dari tumbuhan tinggi dan tumbuhan rendah. Untuk
tumbuhan tinggi didominasi oleh jenis pinus sedangkan untuk tumbuhan rendah
didominasi oleh lumut dan pakis sehingga berfungsi sebagai laboratorium alam
(arboretum). Hutan Tanaman mulai dikembangkan tahun 1950-an namun karena tumbuh
pada lahan berbatu diametemya relatif kecil dan pada tahun 1963 ditanam jenis
tumbuhan kayu asing berasal dari luar daerah dan luar negeri dilahan seluas 30
Ha yang terletak di sekitar Plaza dan Gua Jepang.
Hutan di kawasan ini merupakan vegetasi
campuran yang terdiri dari 40 famili, 112 species diantaranya berasal dari luar
negeri seperti sosis (kegelia aethiopica) dari afrika, Mahoni Uganda (khaya
anthoteca) dari Afrika barat, Pinus Meksiko (pinus montecumae) berasal dari meksiko,
cengal pasir (hopea odorata) dari Burma, Cedar Hondura (cedrela maxicum m roem)
dari Afrika Tengah dan lain sebagainya, sedangkan yang berasal dari dalam
negeri diantaranya : Pinus (pinus merkusi jung), Bayur sulawesi (pterospermum
celebicum) dari Sulawesi, Kayu manis (cinnamonum burmanii) dari daerah Jawa
Barat, Damar (agathis damara) dari Maluku, Cemara Sumatera (casuarina
sumatrana) dari Sumatra, dan lain-lain.
C. Keanekaragaman Fauna Di Indonesia
Indonesia memiliki keanekaragaman
jenis fauna yang kaya. Taksiran jumlah jenis fauna Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Hewan
menyusui ada 300 jenis,
2. Burung
ada 7500 jenis,
3. Reptil
ada 2500 jenis,
4. Amfibi ada 1000
jenis,
5. Ikan
ada 8500 jenis,
6. Keong
ada 20.000 jenis,
7. Serangga
ada 250.000 jenis.
Indonesia memiliki 420 jenis burung
yang tersebar di 24 lokasi. Beberapa pulau di Indonesia memiliki jenis hewan
endemik, terutama di Palau Sulawesi, Papua dan di Kepulauan Mentawai.
Pola persebaran fauna di Indonesia
di warnai oleh pola kelompok kawasan oriental di sebelah barat dan kelompok
kawasan Australia di sebelah timur. Kelompak fauna di bagian tengah
bersifat peralihan dan beberapa diantaranya bersifat endemik. Tipe-tipe
persebaran fauna di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Tipe Asia
Fauna tipe Asia terdiri atas beberapa jenis mamalia, burung,
ikan, dan reptil. Di beberapa daerah, fauna ini sudah punah dan di beberapa
daerah lain sudah sangat langka. Berikut ini beberapa fauna langka tersebut:
1) Gajah
Gajah (Elephas maximus) terdapat di
seluruh Sumatra menghuni hutan hujan dataran rendah.
2) Badak
Di Indonesia terdapat dua jenis
badak, yaitu badak jawa (Rhinocerus sondaicus) dan badak sumatra (Dicerorhinus
sumatrensis). Badak jawa lebih besar dibanding badak sumatra. Badak jawa bisa
mencapai berat 2 ton, sedangkan badak sumatra hanya 1 ton. Badak sumatra
merupakan badak terkecil yang masih hidup. Perbedaan lainnya adalah badak jawa
bercula satu, sedangkan badak sumatra mempunyai tonjolan kecil selain cula
sehingga terkesan bercula dua.
3) Tapir
Tapir (Tapirus indicus) merupakan
fauna yang menakjubkan. Fauna ini diduga berasal dari hutan tropis Amerika
Selatan. Mengapa fauna ini sampai di Indonesia? belum diketahui penyebabnya.
Saat ini tapir hanya bisa ditemukan di hutan-hutan Sumatra. Melihat dari
persebarannya, mungkin tapir juga pernah hidup di Jawa dan Kalimantan tetapi
kini sudah punah.
4) Banteng
Di Sumatra, banteng telah mengalami
kepunahan. Saat ini, banteng liar hanya terdapat di Jawa dan kecil sekali
jumlahnya di Kalimantan.
5) Kerbau
Liar
Saat ini, ada sekitar empat juta
lebih kerbau yang diternakkan. Namun, populasi kerbau liar (Bubalus bubalis) di
dunia diperkirakan tinggal 100 ekor saja. Penyebab semakin berkurangnya
populasi kerbau liar adalah nilai ekonomis yang ada pada fauna ini.
6) Harimau Sumatra
Pada mulanya ada tiga jenis harimau
di Indonesia, yaitu harimau bali, harimau jawa, dan harimau sumatra. Kini
tinggal harimau sumatra saja yang masih hidup.
7) Macan
Tutul
Macan tutul (Panthera pardus). Saat
ini, macan tutul hanya terdapat di Jawa menghuni kawasan perlindungan dan
sedikit sekali yang secara liar hidup di hutan. Fauna ini terancam punah karena
perburuan dan banyaknya penggunaan racun untuk umpan babi hutan yang merupakan
makanan macan tutul.
8) Beruang
Madu
Hewan ini terdapat di Sumatra dan
Kalimantan. Di Jawa, hewan ini telah punah. Beruang madu (Helarctos malayanus)
merupakan beruang terkecil di antara keluarga beruang. Hewan ini lamban dalam
bergerak, berat, jarak pandang pendek, matel bulu mengkilap, dan memiliki cakar
yang besar.
9) Orang Utan
Orang utan (Pongo pyomaeus)
merupakan jenis primata yang hidup di hutan pegunungan Sumatra dan Kalimantan.
Fauna ini merupakan fauna endemik Indonesia yang hidup dengan makan buah-buahan
hutan.
10) Bekantan
Bekantan (Nasalis
larvatus). Keberadaan fauna
ini perlu dijaga karena fauna ini jenis primata endemi yang hanya terdapat di
Kalimantan.
11) Siamang
Jenis primata yang paling atraktif adalah siamang (Hylobates klossi).
Mereka dapat melakukan lompatan-lompatan berbahaya di atas pohon-pohon yang
sangat tinggi. Siamang dapat ditemukan di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Namun,
keberadaannya juga terancam karena kerusakan habitat mereka.
12) Elang Jawa
Garuda Pancasila. Sebetulnya lambang itu adalah gambaran dari elang jawa
(Spizaetus bartelsi). Burung ini dipilih sebagai lambang negara karena mirip
dengan mitologi Garuda, dikenal sebagai kendaraan Dewa Wisnu.
13) Curik Bali
Curik bali (Leucopasar rothschildi) adalah burung endemi di Bali, menghuni
hutan musim ujung barat Laut Bali.
14) Merak
Merak (Pavo muticus) berkerabat
dekat dengan ayam hutan. Meskipun bersayap lebar, fauna ini tidak bisa terbang
jauh seperti burung. Merak hanya bisa terbang dari cabang ke cabang pohon lain
yang berdekatan. Di Indonesia, merak hanya terdapat di Jawa. Konon, binatang
ini dibawa pedagang dari India. Merak menyukai hutan terbuka dan daerah
perkebunan. Populasi terbesar di Jawa terdapat di tiga taman nasional, yaitu di
Ujung Kulon, Alas Purwo, dan Baluran.
15) Rangkong
Beberapa spesies burung rangkong
terdapat di wilayah barat. Sebagian lagi terdapat di wilayah Wallacea. Beberapa
yang terdapat di wilayah barat adalah rangkong badak (Buceros rhinoceros),
rangkong jambul (Aceros corrugatus), rangkong papan (Buceros bicornis),
rangkong perut putih (Anthracoceros albirostris), dan rangkong emas (Aceros
undulatus). Burung rangkong biasanya menempati pohon-pohon besar seperti
beringin di hutan Sumatra dan Kalimantan.
16) Pesut Mahakam
Fauna ini termasuk mamalia yang
hidup di air tawar. Sesuai namanya, habitatnya di Sungai Mahakam, Kalimantan.
Di beberapa negara Asia juga terdapat jenis fauna ini misalnya di Sungai
Gangga, India dan di Sungai Irawadi, Myanmar. Karena bentuknya yang mirip
lumba-lumba (dolphin), ikan ini sering disebut freshdolphin atau lumba-lumba
air tawar.
17) Siluk
Siluk atau arwana (Scleropages
formosus) merupakan salah satu jenis ikan purba. Habitat ikan siluk adalah
sungai dan danau. Akhir-akhir ini, siluk yang semula hidup secara liar telah beralih
ke akuarium. Siluk telah menjadi lambang yang menunjukkan status sosial
seseorang.
b. Tipe Australia
Tidak seperti fauna tipe Asia yang
beberapa di antaranya berukuran besar, fauna tipe Australia tidak terlalu
besar. Ciri yang paling khas di kawasan ini adalah mamalia berkantong. Di
antara mamalia berkantong tersebut, beberapa jenis telah punah, yaitu beberapa
jenis walabi dan bandikut. Berikut ini beberapa fauna tipe Australia:
1) Kanguru Pohon
Ada lima jenis kanguru pohon yang
hidup di hutan-hutan Papua. Lima jenis kanguru pohon tersebut adalah kanguru
pohon wakera (Dendrologus inustus), kanguru pohon mbasio (Dendrologus mbasio),
kanguru pohon nemena (Dendrologus ursinus), kanguru pohon ndomea (Dendrologus
dorianus), dan kanguru pohon hias (Dendrologus goodfellowi). Seperti kanguru di
Australia, kanguru pohon adalah jenis mamalia berkantong. Bedanya, kanguru
australia hidup di daratan, kanguru pohon hidup di atas pohon.
2) Kuskus
Kuskus merupakan keluarga possum
yaitu hewan berkantong khas Australia. Beberapa di antaranya telah menyeberang
melewati Garis Weber dan berdiam di Sulawesi. Papua merupakan tempat yang
sesuai untuk kehidupan kuskus.
3) Cenderawasih
Beberapa nama Latin burung ini
adalah paradisaea yang berarti surga. Cenderawasih yang ada di Indonesia
meliputi 30 jenis. Dari jumlah itu, 28 jenis hidup di hutan-hutan Papua dan dua
jenis menyebar di Kepulauan Maluku. Beberapa cenderawasih yang terkenal adalah
cenderawasih merah (Paradisaea rubra), cenderawasih biru (Paradisaea rodolphi),
cenderawasih kecil (Paradisaea minor), cenderawasih ragiana (Paradisaea
ragginana), cenderawasih raja (Cicinnurus regius), cenderawasih magnificent
(Cicinnurus magnificus), cenderawasih botak (Cicinnurus respublica),
cenderawasih dua belas kawat (Seleucidis melanoleuca), dan cenderawasih superba
(Pophorina superba).
4) Kasuari
Kasuari termasuk jenis burung
raksasa. Tinggi burung ini bisa mencapai 100–180 sentimeter dan beratnya bisa
60 kg.
5) Nokdiak Nata Fem (Landak Papua)
Nokdiak dalam bahasa Yunani berarti
lidah yang besar. Fauna ini sungguh aneh karena meskipun termasuk keluarga
mamalia, tetapi perkembangbiakannya dengan bertelur.
6) Walabi
Beberapa jenis walabi telah punah
dari Bumi Papua akibat perburuan liar karena dagingnya sangat digemari. Dari
sekian jenis walabi, yang tersisa kini hanya jenis walabi saham (Macropus
agile) yang mendiami rawa terbuka di Papua. Untuk mencegah kepunahan, walabi
kini dilindungi di daerah perlindungan Taman Nasional Wasur. Sekilas bentuk
walabi ini mirip dengan kanguru. Keduanya merupakan fauna tipeAustralia.
c. Tipe Peralihan
Fauna tipe peralihan menempati
wilayah Wallacea yang meliputi Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, dan beberapa
pulau kecil di perairan laut dalam. Dari segi jenis dan jumlah, boleh jadi
fauna tipe ini tidak sebanyak fauna tipe Asia maupun Australia.
Namun, beberapa fauna tipe Asia dan
Australia terdapat di kawasan ini. Di kawasan ini pula terdapat fauna yang
tidak terdapat di kawasan lain di dunia. Beberapa fauna tipe peralihan kini
terancam kepunahan karena habitatnya rusak dan banyak diburu untuk
diperdagangkan. Beberapa yang terancam kepunahan sebagai berikut:
1) Anoa
Anoa adalah jenis kerbau tetapi
kerdil. Binatang ini sangat pemalu sehingga jarang terlihat. Anoa dibedakan
menjadi dua, yaitu anoa dataran rendah (Bubalus depresicornis) dan anoa gunung
(Bubalus quarlesi). Fauna ini adalah jenis endemi di Sulawesi.
2) Babi Rusa
Babi rusa (Babyrousa babyrussa)
berbeda dengan babi hutan tipe Asia dan babi mana pun di dunia.
3) Krabuku
Binatang ini sangat aneh karena
sangat kecil. Berat badannya hanya 120 gram sehingga menjadikannya primata
terkecil di dunia. Krabuku (Tarsius spectrum) lebih mirip kuskus daripada kera.
Namun, ia lebih berkerabat dengan kera tipe Asia daripada kuskus tipe
Australia.
4) Rangkong Sulawesi
Rangkong sulawesi (Aceros cassidix)
dan (Penelopidus exarhatus) hanya terdapat di Sulawesi.
5) Maleo
Maleo (Macrocephalon maleo) adalah
fauna yang sangat aneh dalam perkembangbiakan.
6) Komodo
Komodo (Varanus komodensis) merupakan
binatang purba yang masih hidup. Fauna ini telah lama mengagumkan para ilmuwan
karena hanya terdapat di Pulau Komodo dan pulau-pulau kecil didekatnya.
D.
Tipe-Tipe
Ekosistem
Secara umum ada tiga tipe ekosistem,
yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem buatan, yaitu:
a. Akuatik (air)
1) Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara
lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh
iklim dan cuaca.
2) Ekosistem Air Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam)
yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut
tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut
sekitar 25 °C.
3) Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat
bersatunya sungai dengan laut.[5] Estuari sering dipagari oleh lempengan
lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi
4) Ekosistem Pantai
Dinamakan demikian karena yang paling
banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae
yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini
menjalar dan berdaun tebal.
5) Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu
badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang
secara konstan memberikan oksigen pada air.
6) Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem ini terdiri dari coral yang
berada dekat pantai. Efisiensi ekosistem ini sangat tinggi. Hewan-hewan yang hidup
di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai
invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang.
7) Ekosistem Laut Dalam
Kedalamannya lebih dari 6.000 m.
Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya.
Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
8) Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu‑satunya
kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh‑tumbuhan
ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.
b. Terestrial (darat)
1) Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis terdapat di daerah
tropik dan subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan 200-225 cm per tahun.
Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang
lainnya tergantung letak geografisnya.
2) Sabana
Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah
hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi temepratur dan kelembaban masih tergantung
musim.
3) Padang Rumput
Padang rumput terdapat di daerah yang
terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-ciri padang rumput adalah curah
hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun tidak teratur, porositas
(peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran air) cepat.
4) Gurun
Gurun terdapat di daerah tropik yang
berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar.
5) Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di daerah beriklim
sedang yang memiliki emapt musim, ciri-cirinya adalah curah hujan merata
sepanjang tahun. Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat.
6) Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di
pegunungan daerah tropik, ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah.
7) Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah
utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan
tanaman di daerah ini hanya 60 hari.
8) Karst (batu gamping/gua)
Karst berawal dari nama kawasan batu
gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan karst di Indonesia rata-rata
mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif
terhadap erosi, mudah
longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh
pori-pori mikro. Ekosistem karst mengalami keunikan tersendiri, dengan
keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem lain.
c. Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang
diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan
subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh
manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan adalah:
1) Bendungan,
2) Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus,
3) Agroekosistem berupa sawah tadah hujan,
4) Sawah irigasi,
5) Perkebunan sawit,
6) Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa,
7) Ekosistem ruang angkasa.
Ekosistem kota memiliki metabolisme
tinggi sehingga butuh energi yang banyak. Kebutuhan materi juga tinggi dan
tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang eksesif seperti polusi
dan panas.
Ekosistem ruang angkasa bukan merupakan
suatu sistem tertutup yang dapat memenuhi sendiri kebutuhannya tanpa tergantung
input dari luar. Semua ekosistem dan kehidupan selalu bergantung pada bumi.
E. Manfaat dan nilai keanekaragaman hayati
Manfaat-manfaat dan nilai-nilai yang
terkandung dalam keanekaragaman hayati, ialah sebagai berikut:
1. Kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan yang
bersifat mutlak , seperti:
a. Sandang (ulat sutra, bulu domba,
kapas).
b. Pangan (serealia/biji - bijian, umbi -
umbian, sayur, buah, telur, daging, susu dan sebagainya).
c. Papan (meranti, jati, sengon, pohon
sawo, dan sebagainya).
d. Udara bersih (pepohonan).
2. Kebutuhan Sekunder, kebutuhan untuk
lebih menikmati hidup, misalnya:
a. Transportasi (kuda, onta, sapi).
b. Rekreasi (hutan, taman bunga, tanaman
hias, keindahan bawah laut, hewan piaraan dan sebagainya).
3. Keanekaragaman hayati dapat
menghasilkan produk berupa materi atau jasa yang manfaatnya dapat ditukar
dengan uang, misalnya bahan kebutuhan pokok atau pangan yang diperdagangkan,
dikatakan memiliki nilai ekonomi.
4. Bagi suatu negara tertentu,
keanekaragaman hayati dapat memberikan kebanggaan karena keindahan atau
kekhasannya, seperti: karapan sapi di madura, ukiran jepara dari kayu jati,
lukisan wayang dari kulit domba dan sebagainya. Keanekaragaman hayati tersebut
memiliki nilai budaya.
5. Keanekaragaman hayati masih terus diteliti oleh para
ahli, karena sebagai sumber ilmu atau tujuan lain
(misalnya :pemuliaan hewan dan tumbuhan, pelestarian alam, pencarian
alternatif bahan pangan dan energi dan sebagainya). jadi keanekaragaman hayati
memiliki nilai pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alam Indonesia sangat kaya akan
keberagaman flora dan fauna, keberagaman tersebut dikenal dengan keanekaragaman
hayati. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang
menunjukakan keseluruhan variasi gen, spesies, dan ekosisitem di suatu daerah.
Penyebebab keanekaragaman hayati ada 2 faktor, yaitu faktor genetik dan faktor
luar. Faktor genetik relatif konstan / stabil pengaruhnya terhadap morfologi
(fenotip) organisme. Sebaliknya faktor luar relatif labil pengaruhnya terhadap
morfologi (fenotip).
Tidak ada makhluk hidup yang bisa hidup sendiri, terpisah dan terasing dari makhluk hidup
lain. Manusia, hewan, dan tumbuhan adalah makhluk hidup, mereka butuh makanan
dan tempat hidup yang nyaman untuk hidup. Dengan demikian terjadi hubungan
saling ketergantungan antar makhluk hidup dan juga antar makhluk hidup dengan
lingkungannya. Hubungan saling mempengaruhi yang terjadi antar makhluk hidup
dengan lingkungan untuk membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem.
Ekosistem terbentuk dari komponen hidup (biotik), dan komponen tidak hidup
(abiotik). Kedua komponen ini sangat mempengaruhi distribusi persebaran
organisme pada tempat yang berbeda-beda.
B.
SARAN
Diharapkan bagi pembaca agar dapat
melestarikan keanekaragaman hayati agar tidak punah.