MAKALAH KEBUDAYAAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Budaya atau kebudayaan
secara entimologi berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) yang kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan atau dapat pula diartikan
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya yang ada ini terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian,
bangunan,
dan karya seni.
Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut
Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan
budaya Indonesia telah dimulai sejak nenek moyang kita terdahulu. Namun,
beberapa tahun kebelakangan ini kebudayaan di Indonesia berada dalam masa yang
mengecewakan dimana banyak budaya kita yang lepas dari genggaman kita.
Seperti
yang telah kita ketahui, perkembangan budaya indonesia selalu dalam kondisi
yang naik dan turun. Pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai
peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal seperti itulah yang
harus dibanggakan oleh penduduk indonesia sendiri, tetapi belakangan ini budaya
Indonesia mengalami masa penurunan terhadapa sosialisasi budaya bangsa sehingga
penduduk kini telah banyak yang melupakan apa itu budaya Indonesia. Semakin
majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang, dan ini
sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia. Terlalu banyaknya
kehidupan asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat kini telah berkembang
menjadi masyarakat modern.
Hal ini yang
menyebabkan kebudayaan bangsa Indonesia banyak yang diambil oleh pihak lain,
berikut merupakan data beberapa budaya Indonesia yang diklaim oleh pihak lain:
batik dari Jawa oleh Adidas, Naskah kuno dari Riau oleh pemerintah Malaysia,
Naskah kuno dari Sumatera barat oleh pemerintah Malaysia, Naskah kuno dari Sulawesi
selatan oleh pemerintah Malaysia, Naskah kuno dari Sulawesi Tenggara oleh
pemerintah Malaysia, rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia, Sambal
bajak dari Jawa tengah oleh oknum WN Belanda, Sambal petai dari Riau oleh oknum
WN Belanda, tempe dari Jawa oleh beberapa perusahaan asing, lagu rasa sayange
dari Maluku oleh pemerintah Malaysia, Tari reog ponorogo dari Jawa Timur oleh
pemerintah Malaysia, Lagu soleram dari Riau oleh pemerintah Malaysia, Lagu
injit-injit semut dari Jambi oleh pemerintah Malaysia, Alat musik gamelan dari
Jawa oleh pemerintah Malaysia, Tari kuda lumping dari Jawa Timur oleh
pemerintah Malaysia, tari piring dari Sumatera barat oleh pemerintah Malaysia,
Lagu kakak tua dari Maluku oleh pemerintah Malaysia, Lagu anak kambing saya
dari Nusa Tenggara oleh pemerintah Malaysia, Kursi taman dengan ornamen ukir
khas Jepara Jawa Tengah oleh oknum WN Perancis, Pigura dengan ornamen ukir khas
Jepara dari jawa Tengan oleh oknum WN Inggris, Motif batik perang dari Yogyakarta
oleh pemerintah Malaysia, Desain kerajinan perak desak Suwarti dari Bali oleh
oknum WN Amerika, Produk berbahan rempah-rempah dan tanaman obat asli Indonesia
oleh Shiseido Co. Ltd, Badik tumbuk lada oleh pemerintah Malaysia, kopi gayo
dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda, kopi toraja dari Sulawesi
Selatan oleh perusahaan Jepang, Musik indang sungai garinggiang dari Sumatera Barat
oleh Malaysia, Kain ulos oleh Malaysia, alat musik angklung oleh pemerintah Malaysia,
Lagu jali-jali oleh pemerintah Malaysia, dan tari pendet dari Bali oleh
pemerintah Malaysia.
Melihat data
yang ada diatas kita seharusnya merasa miris melihatnya, karena begitu banyak
budaya kita yang diklaim oleh pihak lain. Masyarakat Indonesia sendiri kurang
memperhatikan bagian dari budaya Indonesia. dan diharapkan untuk masyarakat
Indonesia lebih memperhatikan bagian dari peninggalan budaya Indonesia. dan
sekarang akan diupayakan oleh pemerintah agar mendidik anak-anak muda untuk
perduli terhadap hal tersebut, dan lebih mengenalkan dari dini sikap akan
pentingnya pengetahuan budaya Indonesia.
1.2
Ruang
Lingkup
Dalam
makalah ini akan dijelaskan beberapa masalah mengenai bagaimana perkembangan
budaya Indonesia dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia Indonesia kemudian
faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan bangsa Indonesia ini.
1.3
Tujuan
dan Maksud
1. Mendeskripsikan
perkembangan kebudayaan di Indonesia.
2. Mendeskripsikan
pengaruh perkembangan kebudayaan Indonesia dengan kehidupan manusia Indonesia.
3. Membahas
mengenai kondisi kebudayaan Indonesia.
4. Memenuhi Tugas Matakuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.
1.4
Konsep
Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai perkembangan kebudayaan di Indonesia
melingkupi seluruh pengaruhnya terhadap kehidupan manusia Indonesia serta
kondisi kebudayaan di Indonesia saat ini. Dalam pembahasan makalah ini akan
disampaikan secara sistematik dari mulai kebudayaan Indonesia masa lampau
sampai era globalisasi.
BAB
II
PERMASALAHAN
Dinamika sosial dan kebudayaan selalu
melanda semua bangsa dan negara di dunia demikian pula tidak terkecuali melanda
masyarakat Indonesia, walaupun luas permasalahan dan tingkat permasalahan itu
berbeda-beda. Demikian pula masyarakat dan kebudayaan Indonesia pernah
berkembang dengan pesatnya di masa lampau, walaupun perkembangannya dewasa ini
bisa dikatakan lebih tertinggal apabila dibandingkan dengan perkembangan di
negera maju lainnya. Bagaimanapun masalah yang dihadapi, masyarakat dan
kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah mengalami kondisi
kehilangan kebudayaan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap
tantangan yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas maupun
pergantian generasi.
Ada sejumlah kekuatan yang mendorong
terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Secara umum ada dua
kekuatan yang menyebabkan timbulnya perubahan sosial, hal yang pertama adalah
kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian
generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat. Hal kedua, adalah
kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak
antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran (unsur)
kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu
perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali
kehidupan mereka .
Seberapa cepat atau lambatnya perkembangan sosial budaya yang melanda, dan faktor
apapun penyebabnya, setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan reaksi pro
dan kontra terhadap masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Besar kecilnya
reaksi pro dan kontra itu dapat mengancam kemapanan dan bahkan dapat pula
menimbulkan disintegrasi sosial terutama dalam masyarakat majemuk dengan multi
kultur seperti Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Kebudayaan Indonesia
Berbicara
tentang kebudayaan Indonesia yang ada dibayangan kita adalah sebuah budaya yang
sangat beraneka ragam. Bagaimana tidak, Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia, hal inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki kebudayaan
yang beraneka ragam.
Kebudayaan
dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan
dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya. Suatu kebudayaan
merupakan milik bersama anggota suatu masyarakat atau suatu golongan sosial,
yang penyebarannya kepada anggota-anggotanya dan pewarisannya kepada generasi
berikutnya dilakukan melalui proses belajar dan dengan menggunakan
simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan maupun yang tidak
(termasuk juga berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia). Dengan demikian,
setiap anggota masyarakat mempunyai suatu pengetahuan mengenai kebudayaannya
tersebut yang dapat tidak sama dengan anggota-anggota lainnya, disebabkan oleh
pengalaman dan proses belajar yang berbeda dan karena lingkungan-lingkungan
yang mereka hadapi tidak selamanya sama.
Kebudayaan
yang dimiliki oleh suatu bangsa merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan
karya manusia. Indonesia sendiri sebagai Negara kepulauan dikenal dengan
keberagaman budayanya, yang mana keanekaragaman itulah menunjukkan betapa
pentingnya aspek kebudayaan bagi suatu Negara. Karena jelas bahwa kebudayaan
adalah suatu identitas dan jati diri bagi suatu bangsa dan Negara.
Proses
perkembangan budaya dapat terjadi melalui penetrasi. penetrasi kebudayaan adalah masuknya
pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat
terjadi dengan dua cara:
a)
Penetrasi damai (penetration pasifique)
Penetrasi damai merupakan proses masuknya
sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan
Hindu dan Islam ke Indonesia. Contoh lainnya seperti
kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India
masuk melalui proses yang damai yaitu melalui penyebaran agama Hindu dan Buddha
di Nusantara yang jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan
agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi
ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada
penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Penerimaan
kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya
khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak
mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Penyebaran
kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi,
atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga
membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya,
bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli
Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan
sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua
kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat
berbeda dengan kebudayaan asli.
b)
Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya
sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya
kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan
sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam
masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda
yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di
Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan Indonesia.
Secara garis
besar kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam dua kelompok besar.
Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia Modern. Para ahli
kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan kebudayaan klasik ini.
Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan yang telah ditelurkan oleh
kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebagai layaknya seorang pengkaji yang
obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi-dimensi yang ada dalam
kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang
dikesampingkan. Adapun dimensi yang sering ada adalah seperti agama, tarian,
nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan hasil cipta lainnya.
Beberapa pengamat
mengatakan
bahwa perkembangan kebudayaan Indonesia khususnya kebudayaan modern dimulai
sejak bangsa Indonesia merdeka. Bentuk dari deklarasi ini menjadikan bangsa
Indonesia tidak dalam pengaruh dan tekanan bangsa lain dengan budayanya. Dari
sini bangsa Indonesia mampu menciptakan rasa dan karsa yang lebih sempurna
sehingga mulailah berkembang kebudayaan modern bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan kebudayaan
bangsa Indonesia ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi berkembangnya sebuah
kebudayaan diantaranya adalah faktor pengaruh budaya dari luar, apabila budaya
asli ini tidak dapat mempertahankan eksistensinya maka budaya asli yang ada
akan tergusur dan tergantikan dengan budaya asing yang baru tersebut. Pada saat
ini kita semua dapat melihat bahwa bangsa Indonesia dalam situasi yang
mengkhawatirkan, karena banyak sekali budaya asing yang masuk dan tidak
tersaring sehingga mempengaruhi kebudayaan asli bangsa Indonesia.
Kondisi
sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :
1. Bahasa
Dapat kita
ketahui bahwa sampai saat Indonesia masih konsisten dan tetap berpegang teguh dalam satu bahasa
yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan
plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman nenek moyang kita. Bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang terbentuk karena adanya
komunikasi antara manusia Indonesia. Bahasa asing (Inggris, mandarin, dan lan sebagainya) belum terlihat begitu dinminati dalam penggunaan sehari-hari, hanya mungkin pada acara saat
seminar, atau kegiatan ceramah formal diselingi dengan
bahasa Inggris sekedar untuk menyampaikan kepada penonton kalau
penceramah mengerti akan bahasa Inggris.
2. Sistem
teknologi
Tidak bisa kita
pungkiri bahwa perkembangan teknologi menjadi salah satu factor yang
mempengaruhi perkembangan kebudayaan Indonesia. Perkembangan yang
sangat terlihat adalah teknologi informatika. Dengan
perkembangan teknologi ini tidak ada lagi batas waktu dan negara pada saat ini,
apapun kejadiannya di satu negara dapat langsung dilihat di negara lain melalui
televisi, internet atau sarana lain dalam bidang informatika. Sehingga, budaya-budaya luar mampu menyusup kedalam budaya asli
Indonesia itu sendiri.
3. Sistem
mata pencarian hidup masyarakat atau ekonomi masyarakat.
Kondisi perekonomian Indonesia
saat ini masih dalam situasi krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental
ekonomi pada era orde baru. Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya
merupakan fatamorgana, karena adanya utang jangka pendek dari investor asing
yang menopang perekonomian Indonesia.
4. Organisasi
Sosial.
Bermunculannya organisasi sosial
yang berkedok pada agama (FPI, JI, MMI, Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis
(FBR, Laskar Melayu) dan Ras.
5. Sistem Pengetahuan.
Dengan adanya LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia) diharapkan perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus
berkembang sejalan dengan era globalisasi.
6. Kesenian.
Dominasi kesenian saat ini adalah
seni suara dan seni akting (film, sinetron). Seni tari yang dulu hampir setiap
hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi seni yang berbau
kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995 – 1996 yang dapat
kita nikmati setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni lawak
model Srimulat sudah tergeser dengan model Overa Van Java,
Pesbuker, dan lain-lain. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya. Namun akibat perkembangan budaya yang sangat pesat menyebabkan banyak
masyarakat Indonesia yang mulai melupakan kesenian asli bangsa Indonesia dan
akhirnya banyak kesenian Indonesia yang diakui oleh pihak lain.
7. Sedang
menghadapi suatu pergeseran-pergeseran budaya. Hal
ini mungkin dapat dipahami mengingat derasnya arus
globalisasi yang membawa berbagai budaya baru serta ketidakmampuan kita dalam
membendung serangan itu dan mempertahankan budaya dasar kita.
B.
Kondisi
Kebudayaan Bangsa Indonesia di Era Globalisasi
Kata
globalisasi berasal dari “global” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
berarti secara keseluruhun. Globalisasi berarti suatu
proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak
nampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara nyata.
Berbicara
globalisasi dalam kebudayaan, yang terlintas adalah seberapa cepat globalisasi
itu dapat berkembang dimana hal ini yang tentunya dipengaruhi oleh adanya
kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan informasi dalam
segala aspek kehidupan. Namun, hal ini justru malah akan menjadi bumerang
tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling membahayakan atau penting
dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dikuasai
oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka
yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru
negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang seperti Indonesia
selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisasi dalam berbagai bidang
seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana
globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas
budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada
globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara
menyeluruh. Simon Kimoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi
dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai
budaya. Dalam proses alami ini,setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya
mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan
menghindari kehancuran.
Indonesia
merupakan negara yang dapat dikatakan sebagai negara yang kaya akan budayanya,
dengan memiliki keragaman yang cukup bervariasi, dapat digunakan sebagai
penambah indahnya khasanah sebuah negara. Namun, Indonesia harus tetap mampu
mempertahankan eksistensi kebudayaannya. Apabila diulang kembali berbagai
peristiwa yang terjadi, banyak kebudayaan Indonesia yang telah dirampas oleh negara-negara
lain. Hal ini dapat membuktikan dengan jelas bahwa belum adanya kekuatan hukum
yang kuat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tentang kebudayaannya. Sehingga
akan menyebabkan kemudahan bagi bangsa lain untuk mengambil dan mengakuinya.
Bukan
hanya itu saja, kemajuan teknologi informasi pada masa sekarang ini telah cepatnya
merubah kebudayaan Indonesia menjadi kian merosot. Sehingga menimbulkan
berbagai opini yang tidak jelas, yang nantinya akan melahirkan sebuah
kebingungan di tengah-tengah berbagai perubahan yang berlangsung begitu
rumitnya dan membuat pusing bagi masyarakatnya sendiri.
Dan
yang lebih memprihatinkan lagi, banyak kesenian dan bahasa Nusantara yang
dianggap sebagai ekspresi dari bangsa Indonesia akan terancam mati. Sejumlah
warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang sendiri telah hilang entah kemana.
Padahal warisan budaya tersebut memiliki nilai tinggi dalam membantu
keterpurukan bangsa Indonesia pada jaman sekarang.
Sungguh
ironis memang apabila ditelaah lebih jauh lagi. Akan tetapi, kita tidak hanya
mengeluh dan menonton saja. Sebagai warga negara yang baik, mesti mampu
menerapkan dan memberikan contoh kepada anak cucu nantinya, agar kebudayaan
yang telah diwariskan secara turun temurun akan tetap ada dan senantiasa
menjadi salah satu harta berharga milik bangsa Indonesia yang tidak akan pernah
punah.
Globalisasi
juga memberikan dampak bagi kebudayaan Indonesia, Arus
globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya
bangsa Indonesia. Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata
menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai
pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi,Telekomunikasi,danTeknologi)
mengakibatkan berkurangnya keinginan
untuk melestarikan budaya negeri sendiri.
Budaya
Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan
budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Bahkan bila kita tinjau Tapanuli
(Sumatera Utara) misalnya, dua puluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih
banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik
batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana
selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Namun saat ini,
ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut
semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan
Taman Mini Indonesi Indah (TMII). Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah
tersebut,bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang
menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat
menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya.
Hal lain
yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa Indonesia
yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia
untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda
dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada
kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa
Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu).
Selain itu kita sering dengar anak muda menggunakan bahasa Indonesia dengan
dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan
kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film
barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan
melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan
disebarkannya gaya hidup dan fashion. Gaya berpakaian remaja Indonesia yang
dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan
jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian
minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim
ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang
ditransformasikan ke dalam sinetron-sinetron Indonesia.
Derasnya
arus informasi yang juga ditandai dengan hadirnya internet turut serta
menyumbang bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi
trend di lingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan
Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di
Barat merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu
dan teknologi) diterima dengan baik. Pada sisi inilah globalisasi telah
merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia)
sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.
Perkembangan
keubudayaan Indonesia yang dari masa kerajaan sampai era globalisasi ini
memberikan beberapa dampak bagi masyarakat. Kebudayaan Indonesia adalah
serangkaian gagasan dan pengetahuan yang telah diterima oleh
masyarakat-masyarakat Indonesia (yang multietnis) itu sebagai pedoman
bertingkah laku dan menghasilkan produk-produk kebudayaan itu sendiri. Hanya
persoalannya, ide-ide dan pengetahuan masyarakat-masyarakat Indonesia juga
mengalami perubahan-perubahan, baik karena faktor internal maupun eksternal.
Berikut
dampak kebudayaan Indonesia bagi masyarakat, antara lain:
a)
Pengaruh
Positif dapat berupa :
1.
Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu
Pengetahuan, dan ekonomi.
2.
Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi
menjadi oligarki.
3.
Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis
dan masyarakat madani dalam skala global.
4.
Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam
kebijakan ekonomi guna mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
5.
Tidak berseberangan dengan desentralisasi.
6.
Bukan penyebab krisis ekonomi.
b)
Pengaruh
Negatif
1.
Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah
kepada masyarakat yang konsumtif komersial. Masyarakat akan minder apabila
tidak menggunakan pakaian yang bermerk (merk terkenal).
2.
Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya dua
kecenderungan yang kontradiktif. Kelompok yang mempertahankan tradisi dan
sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting (romantisme tradisi). Dan
kelompok ke dua, yang melihat tradisi sebagai produk masa lalu yang hanya layak
disimpan dalam etalase sejarah untuk dikenang (dekonstruksi
tradisi/disconecting of culture).
3.
Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan. Proses
globalisasi tidak hanya memperlemah posisi negara melainka juga akan
mengakibatkan kompetisi yang saling menghancurkan.
4.
Sebagai pembunuh pekerjaan. Sebagai akibat kemajuan
teknologi dan pengurangan biaya per unit produksi, maka output mengalami
peningkatan drastis sedangkan jumlah pekerjaan berkurang secara tajam.
5.
Sebagai imperialisme budaya. Proses globalisasi
membawa serta budaya barat, serta kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya
tradisional.
6.
Globalisasi merupakan kompor bagi munculnya
gerakan-gerakan neo-nasionalis dan fundamentalis.. Proses globalisasi yang
ganas telah melahirkan sedikit pemenang dan banyak pecundang, baik pada level
individu, perusahaan maupun negara. Negara-negara yang harga dirinya
diinjak-injak oleh negara-negara adi kuasa maka proses globalisasi yang
merugikan ini merupakan atmosfer yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan
populisme, nasionalisme dan fundamentalisme.
7.
Malu menggunakan budaya asli Indonesia karena telah
maraknya budaya asing yang berada di wilayah Indonesia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan pada pembahasan di atas maka kesimpulan yang dapat dipaparkan pada
makalah ini adalah sebagai berikut :
Pertama, rakyat Indonesia yang pluralistik merupakan
kenyataan, yang harus dilihat sebagai aset nasional, bukan resiko atau beban.
Rakyat adalah potensi nasional harus diberdayakan, ditingkatkan potensi dan produktivitas fisikal, mental dan
kulturalnya.
Kedua, tanah
air Indonesia sebagai aset nasional yang terbentang dari Sabang sampai Merauke
dan dari Miangas sampai Rote, merupakan tempat bersemayamnya semangat
kebhinekaan. Adalah kewajiban politik dan intelektual kita untuk
mentransformasikan “kebhinekaan” menjadi “ketunggalikaan” dalam identitas dan
kesadaran nasional.
Ketiga,
diperlukan penumbuhan pola pikir yang dilandasi oleh prinsip mutualisme,
kerjasama sinergis saling menghargai dan memiliki (shared interest) dan
menghindarkan pola pikir persaingan tidak sehat yang menumbuhkan eksklusivisme,
namun sebaliknya, perlu secara bersama-sama berlomba meningkatkan daya saing
dalam tujuan peningkatan kualitas sosial-kultural sebagai bangsa.
Keempat,
membangun kebudayaan nasional Indonesia harus mengarah kepada suatu strategi kebudayaan untuk dapat
menjawab pertanyaan, “Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita?” yang tentu
jawabannya adalah “menjadi bangsa yang tangguh dan entrepreneurial,
menjadi bangsa Indonesia dengan ciri-ciri nasional Indonesia, berfalsafah dasar
Pancasila, bersemangat bebas-aktif mampu menjadi tuan di negeri sendiri, dan
mampu berperanan penting dalam percaturan global dan dalam kesetaraan juga
mampu menjaga perdamaian dunia”.
Kelima, yang
kita hadapi saat ini adalah krisis budaya. Tanpa segera ditegakkannya upaya “membentuk” secara tegas identitas
nasional dan kesadaran nasional, maka bangsa ini akan menghadapi kehancuran
4.2 Saran
Kebudayaan bangsa Indonesia
merupakan kebudayaan yang terbentuk dari berbagai macam kebudayaan suku dan agama
sehingga banyak tantangan yang selalu merongrong keutuhan budaya itu tapi
dengan semangat kebhinekaan sampai sekarang masih eksis dalam terpaan zaman.
Kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk tetap mempertahankannya budaya itu
menuju bangsa yang abadi, luhur, makmur dan bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono Kusumohamodjojo.
2000. Kebhinekaan Masyarakat
Indonesia.
Jakarta: Grasindo.
Burhanudin Salam. 1997. Etika Sosial: Asas Moral dalam Kehidupan
Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Harimanto, Winarno.2009. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Syukur, Abdul et al. 2005. Ensiklopedia Umum Untuk Pelajar. Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve.
Staf Ensiklopedia Nasional Indonesia. 1989. Ensiklopedia Nasional Indonesia.
Jakarta: Cipta Adi
Pustaka.
Tim Dosen ISBD.
2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Jakarta : Universitas Negeri Jakarta